Pakaian tradisional Jepang tidak hanya sekadar busana, tetapi juga mencerminkan budaya dan nilai-nilai yang telah diwariskan selama berabad-abad. Setiap potongan kain, pola, dan cara mengenakannya memiliki makna tersendiri, yang menunjukkan status sosial, musim, atau bahkan acara tertentu. Keanggunan dan ketelitian dalam desain pakaian tradisional Jepang membuatnya tetap populer hingga saat ini, baik di kalangan masyarakat Jepang maupun wisatawan yang ingin merasakan budaya Jepang secara langsung.
Saat kamu berjalan di Jepang, terutama di kota-kota seperti Kyoto atau Nara, kamu akan sering melihat orang-orang mengenakan pakaian tradisional seperti kimono dan yukata. Pakaian ini sering dikenakan saat menghadiri festival, perayaan khusus, atau upacara keagamaan. Bagi wisatawan, mengenakan pakaian tradisional Jepang adalah cara yang menarik untuk lebih memahami budaya negeri matahari terbit ini.
Pakaian tradisional Jepang sangat beragam, masing-masing memiliki fungsi dan makna tersendiri. Berikut adalah beberapa jenis pakaian tradisional Jepang yang masih digunakan hingga kini:
Kimono adalah pakaian tradisional Jepang yang paling dikenal. Biasanya dikenakan dalam acara formal seperti pernikahan, upacara teh, dan perayaan tahun baru. Kimono memiliki lengan panjang dan dikenakan dengan obi (ikat pinggang lebar). Jenis kimono yang dikenakan tergantung pada status, musim, dan kesempatan.
Japan
Kimono Rental in Kyoto
10.0/10
Gion
Rp 493.195
Rp 459.831
Yukata adalah versi lebih kasual dari kimono yang sering dikenakan saat musim panas. Terbuat dari katun ringan, yukata lebih nyaman dipakai di cuaca hangat. Biasanya, yukata dikenakan saat festival musim panas atau saat mengunjungi onsen (pemandian air panas).
Japan
Kimono Miyabi: Kimono & Yukata Rental Asakusa Tokyo
9.0/10
Taito
Rp 118.125
Hakama adalah celana lebar yang sering dikenakan di atas kimono, terutama oleh para samurai, biksu, dan praktisi seni bela diri seperti kyudo (panahan Jepang). Saat ini, hakama masih digunakan dalam upacara kelulusan dan oleh maiko (geisha muda) di Kyoto.
Japan
Kyoto Yumeyakata Kimono Rental - Hakama
Kyoto
Lihat Harga
Furisode adalah kimono dengan lengan panjang yang menjuntai, biasanya dikenakan oleh wanita muda yang belum menikah. Pakaian ini sering digunakan dalam upacara seijin shiki (upacara kedewasaan) yang diadakan ketika seorang wanita berusia 20 tahun.
Japan
Kyoto Maiko Makeover Experience for Children & Salon Photography at Maiko-henshin Studio Shiki|Japan
Gion
Rp 2.334.996
Shiromuku adalah kimono pengantin berwarna putih yang dikenakan oleh wanita Jepang dalam pernikahan tradisional Shinto. Warna putih melambangkan kesucian dan awal yang baru.
Montsuki adalah kimono formal yang dikenakan oleh pria dalam acara-acara resmi. Biasanya berwarna hitam dengan lambang keluarga (kamon) yang tercetak di bagian punggung dan lengan.
Uchikake adalah kimono pengantin yang lebih mewah, biasanya berwarna merah atau emas dengan bordiran indah. Tidak seperti shiromuku, uchikake dikenakan sebagai mantel luar dan tidak diikat dengan obi.
Jinbei adalah pakaian santai musim panas yang terdiri dari atasan dan celana pendek longgar. Biasanya dikenakan oleh pria dan anak-anak, meskipun sekarang tersedia versi jinbei untuk wanita.
Sumber gambar: www.japan-experience.com
Happi adalah mantel pendek yang sering dikenakan oleh staf restoran atau dalam festival. Biasanya, happi memiliki lambang keluarga atau perusahaan di bagian belakang.
Samue adalah pakaian kerja tradisional yang dikenakan oleh biksu, pengrajin, dan petani. Terbuat dari kain katun atau linen yang nyaman untuk aktivitas sehari-hari.
Kimono adalah pakaian tradisional Jepang yang memiliki nilai budaya dan estetika tinggi. Memakai kimono memerlukan ketelitian dan langkah-langkah khusus agar terlihat rapi dan elegan. Berikut adalah panduan lengkap cara memakai kimono, mulai dari persiapan hingga penyelesaian:
Sebelum memakai kimono, kenakan juban, yaitu pakaian dalam mirip kimono yang berfungsi sebagai lapisan dasar. Juban membantu melindungi kimono dari keringat dan membuatnya lebih nyaman dipakai. Pastikan juban dipakai dengan rapi dan tali pengikatnya diikat dengan kuat.
Buka kimono dan kenakan dengan cara melingkarkannya ke tubuh. Pastikan bagian belakang kimono sejajar dengan tulang belakang dan bagian depan disesuaikan agar panjangnya sama di kedua sisi. Tarik bagian belakang kimono sedikit ke bawah untuk menciptakan lipatan kecil yang disebut ohashori, yang menandakan bahwa kimono dipakai dengan benar.
Gunakan obi-ita (papan kecil) untuk meratakan bagian perut dan koshihimo (tali pengikat) untuk mengencangkan kimono. Ikat koshihimo dengan kuat di bagian pinggang untuk memastikan kimono tidak melorot. Pastikan lipatan dan kerapian kimono terjaga selama proses ini.
Obi adalah sabuk lebar yang menjadi aksesori utama kimono. Gulung obi dengan rapi dan lingkarkan ke tubuh, dimulai dari depan ke belakang. Ikat obi dengan gaya yang diinginkan, seperti taiko musubi (simpul drum) atau fukura suzume (simpul burung pipit). Pastikan obi terikat dengan kuat dan simetris.
Setelah kimono dan obi terpasang, periksa kembali kerapiannya. Pastikan tidak ada lipatan yang berantakan dan panjang kimono di bagian kaki seimbang. Gunakan date-jime (tali pengikat tambahan) untuk mengamankan obi jika diperlukan.
Lengkapi penampilan dengan aksesori seperti zori (sandal tradisional) dan tabi (kaus kaki split-toe). Untuk wanita, tambahkan hiasan rambut seperti kanzashi (hiasan rambut tradisional) untuk menambah kesan elegan.
Kimono adalah pakaian tradisional Jepang yang memiliki desain dan makna budaya yang mendalam. Meskipun kimono pria dan wanita memiliki kesamaan dalam hal bentuk dasar, terdapat beberapa perbedaan signifikan yang mencerminkan peran gender dan estetika dalam budaya Jepang. Berikut adalah penjelasan detail tentang perbedaan antara kimono pria dan wanita:
Pakaian tradisional Jepang telah berkembang sejak periode Heian (794-1185), ketika kimono pertama kali muncul dalam bentuk sederhana. Pada masa itu, kimono dibuat dari kain sutra dengan warna dan desain yang mencerminkan status sosial pemakainya. Seiring waktu, kimono menjadi semakin kompleks dengan berbagai lapisan dan hiasan.
Pada era Edo (1603-1868), kimono mulai mengalami perkembangan desain yang lebih beragam. Pola dan warna digunakan untuk membedakan kelas sosial dan musim. Setelah era Meiji (1868-1912), pengaruh Barat mulai masuk ke Jepang, menyebabkan berkurangnya penggunaan kimono dalam kehidupan sehari-hari. Namun, hingga kini, pakaian tradisional Jepang tetap digunakan dalam berbagai acara penting dan festival.
Baca juga: Travel Advisory: Panduan Liburan ke Jepang
Di Jepang, banyak acara yang masih mewajibkan atau menganjurkan penggunaan pakaian tradisional. Berikut adalah beberapa di antaranya:
Seijin Shiki diadakan setiap Januari untuk merayakan mereka yang telah mencapai usia 20 tahun. Wanita biasanya mengenakan furisode, sedangkan pria memakai montsuki dan hakama.
Festival ini diadakan untuk merayakan pertumbuhan anak-anak berusia 3, 5, dan 7 tahun. Anak perempuan mengenakan kimono dengan obi, sementara anak laki-laki mengenakan hakama.
Pada tanggal 3 Maret, keluarga yang memiliki anak perempuan merayakan Hinamatsuri dengan mendandani mereka dalam kimono indah.
Salah satu festival terbesar di Kyoto, Gion Matsuri menampilkan parade yang diikuti oleh pria dan wanita yang mengenakan kimono dan yukata.
Festival Tanabata dirayakan pada bulan Juli dengan banyak peserta mengenakan yukata.
Festival ini diadakan pada musim panas sebagai penghormatan kepada arwah leluhur. Peserta menari dengan mengenakan yukata.
Saat perayaan tahun baru, banyak orang mengenakan kimono untuk mengunjungi kuil dan berdoa.
Turnamen sumo sering kali menampilkan pegulat yang mengenakan kesho-mawashi, pakaian tradisional sumo.
Festival ini menampilkan parade kendaraan hias dengan peserta mengenakan kimono bergaya Edo.
Festival ini dirayakan dengan melempar kacang untuk mengusir roh jahat, dan banyak orang mengenakan kimono saat perayaan.
Pakaian tradisional Jepang tidak hanya indah secara visual, tetapi juga kaya akan sejarah dan makna budaya. Dari kimono yang elegan hingga yukata yang nyaman, setiap jenis pakaian memiliki perannya masing-masing dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat Jepang. Jika kamu berkunjung ke Jepang, mengenakan pakaian tradisional bisa menjadi pengalaman yang unik dan berharga untuk lebih memahami budaya negeri ini. Untuk persiapan liburanmu ke Jepang, kamu bisa cek Traveloka untuk berbagai pilihan akomodasi dengan promo dan harga terbaik!