Siapa nama yang pertama kali muncul di kepalamu mengenai pelukis terkenal Indonesia?
Indonesia melahirkan banyak seniman berbakat yang diakui di mata dunia. Tak hanya penyair dan pengrajin, pelukis Tanah Air juga berhasil mencetak sejarah di dunia seni internasional dan berkontribusi pada perkembangan seni lukis di Indonesia.
Tidak sedikit dari karya-karya pelukis Indonesia yang luar biasa bahkan diabadikan di museum ternama di luar negeri. Nah, pada artikel ini, Traveloka akan mengajak kamu berkenalan dengan pelukis terkenal Indonesia. Siapa saja? Yuk, telusuri bersama.
Kamu pasti sudah tidak asing dengan nama pelukis ini? Saleh Sjarif Boestaman atau lebih dikenal sebagai Raden Saleh merupakan pelukis maestro Indonesia kelahiran Semarang. Meski berasal dari keluarga, Raden Saleh mudah bergaul, sehingga memiliki banyak relasi dengan orang Belanda dan lembaga-lembaga elite Hindia Belanda.
Raden Saleh dikenal sebagai pelukis modern dengan aliran romantisme. Bakat melukisnya muncul ketika duduk di bangku sekolah rakyat. Sekitar tahun 1829, ia menerima pembiayaan dari Gubernur Jenderal Belanda kala itu untuk bersekolah di Belanda dan menekuni jalur seni lukis.
Selang beberapa tahun belajar melukis, Raden Saleh mengadakan pameran di Den Haag dan Amsterdam. Ia juga dianugerahi berbagai penghargaan dan lukisannya banyak dipesan oleh tokoh-tokoh bangsawan Eropa.
Beberapa lukisan Raden Saleh yang fenomenal di dunia yaitu Penangkapan Diponegoro, Perburuan Rusa, dan Forest and Native House.
Cirebon juga melahirkan salah satu pelukis paling terkenal di dunia internasional, yaitu Affandi Koesoema. Ia telah melukis lebih dari 2000 lukisan yang sekarang diabadikan di Museum Affandi.
Affandi merupakan anggota Lima Bandung, kelompok pelukis yang terdiri dari Hendra Gunawan, Sudarso, Barli, Wahdi Sumanta, dan Affandi. Bakat melukisnya ia pertajam saat bergabung di kelompok ini. Ia mulai bereksplorasi dengan lukisan potret, kehidupan sosial, dan keluarga.
Sepanjang karier sebagai pelukis, beberapa kali Affandi mengadakan tur pameran tunggal di Inggris, Eropa, Amerika Serikat, dan Belanda. Lukisan-lukisannya kental mencerminkan gaya ekspresionis dan romantisme yang khas.
Tidak sedikit penghargaan yang Affandi terima dari lembaga dan pemerintah Eropa. Ia juga tergabung sebagai Anggota Dewan Penyantun ISI di Yogyakarta. Beberapa lukisan terkenal Affandi yaitu Badai Pasti Berlalu, Red Barong dan Rangda, Ibu, dan Potret Diri & Topeng-topeng Kehidupan.
Baca juga: 13 Destinasi Wisata Museum Populer di Dunia
Ada yang belum tahu siapa Bapak Seni Lukis Indonesia? Yup, dialah Sindoedarsono Soedjojono atau lebih dikenal S. Sudjojono. Pelukis legendaris kelahiran Sumatera Utara ini merupakan seniman pertama yang memperkenalkan modernitas seni rupa Indonesia yang faktual sebagaimana kondisi Indonesia. Karena itu, S. Sudjojono pun dikenal sebagai pelukis realisme.
S. Sudjojono mengawali karier sebagai pelukis ketika mengikuti pameran pelukis Eropa di Bataviasche Kunstkring pada 1937. Lukisannya memiliki ciri khas tersendiri, yaitu kasar dengan goresan dan sapuan bak dituang begitu saja secara alami ke kanvas.
Semangat melukisnya begitu berdedikasi. S. Sudjojono turut mendirikan Persatuan Ahli Gambar Indonesia (Persagi) sebagai tonggak awal seni lukis modern di Indonesia. Ia lalu mendirikan organisasi Seniman Muda Indonesia (SIM) bersama seniman Abdul Salam, Subidio, Sunindyo, dan Basuki Resobowo.
S. Sudjojono telah menghasilkan banyak lukisan fenomenal, seperti The Ruins and The Piano yang terjual Rp15,74 miliar di Balai Lelang Christie’s Hong Kong pada 2017. Juga lukisan Cap Go Meh, Pengungsi, dan Di Depan Kelambu.
Mempunyai nama lengkap Fransiskus Xaverius Basuki Abdullah, Basuki Abdullah adalah pelukis kenamaan asal Surakarta yang mendunia. Ciri khas lukisannya kental dengan sentuhan realis dan naturalis. Ia bahkan pernah mengalahkan 87 pelukis Eropa dan memenangkan sayembara melukis Ratu Juliana pada 1948.
Bakat melukis Basoeki Abdullah menurun dari ayahnya, yaitu Abdullah Suriosubroto, pelukis pertama Indonesia di abad ke-20. Basoeki Abdullah menamatkan studinya di Akademi Seni Rupa, Den Haag, Belanda dan membawa pulang Sertifikat Royal International of Art (RIA) pada 1936.
Basoeki Abdullah sempat pulang ke Indonesia dan melakukan tur pameran di kota-kota besar, lalu mengajar seni lukis di organisasi Pusat Tenaga Rakyat (Putera) dan Keimin Bunka Shidoso. Selang beberapa tahun, Basoeki Abdullah kembali ke Eropa untuk menggelar pameran di Belanda dan Inggris.
Karya-karya Basoeki Abdullah didominasi oleh gaya potret, pemandangan alam, flora, dan fauna. Beberapa lukisannya yang terkenal di antaranya, Kakak dan Adik, Nyi Roro Kidul, dan Diponegoro Memimpin Pertempuran.
Agus Djaya merupakan pelukis terkenal Indonesia yang eksis di era pendudukan Jepang. Lewat dedikasi dan karya-karyanya, Agus Djaya telah memberi sumbangsih besar dalam perkembangan seni lukis di Indonesia.
Pelukis kelahiran Banten ini mulai serius di bidang seni lukis ketika mengenyam pendidikan di Akademi Seni Rupa Amsterdam, Belanda pada 1947-1949. Sepulangnya ke Indonesia, Agus Djaya mendirikan Persatuan Ahli Gambar Indonesia (Persagi) bersama pelukis lain, seperti S. Sudjojono. Ia pun menjabat sebagai ketua pertama organisasi tersebut.
Aliran Mooi Indie pada sebagian besar lukisan Agus Djaya terinspirasi oleh oleh keindahan Hindia Belanda. Lukisannya pun dipamerkan di banyak museum dan galeri negara-negara barat, seperti International Art Gallery Sydney, Grand Prix des Beaux Art Monaco, dan Stedelijk Museum Amsterdam.
Kepandaian menuangkan ekspresi pada lukisan, membuat Agus Djaya mendapat banyak pesanan lukisan dari pejabat dan bangsawan, termasuk dari Eropa dan Jepang. Beberapa karyanya yang dikenal dunia yaitu, Godaan Waktu Bertapa dan Legong Winarta.
Salah satu pelukis terkenal Indonesia yang memiliki karya unik yaitu Jeihan Sukmantoro. Pelukis kelahiran Boyolali ini identik dengan gaya realis. Jeihan dikenal sebagai pelukis potret manusia yang lebih suka menggunakan warna datar sederhana, namun sarat akan perpaduan alam mistik timur dan analitis barat.
Satu ciri khas yang membuat siapa pun akan langsung mengenali lukisan Jeihan, yaitu ‘mata hitam’ atau ‘mata cekung’. Lukisannya memang diam, namun dengan titik ‘mata hitam’ tersebut membuat lukisan Jeihan menjadi kaya makna mendalam. Karena itu, Jeihan juga dijuluki Pelukis Si Mata Hitam.
Karena gaya lukisan Jeihan Sukmantoro yang jujur dan sarat makna, membuat ia juga disebut sebagai Pelukis Edan. Bahkan ketika S. Sudjojono menjual lukisannya tidak lebih dari 2 ribu dolar di zaman dulu, Jeihan Sukmantoro membandrol lukisannya seharga 5 ribu dolar. Karena itulah, di zaman dulu orang kaya belum dianggap sebagai orang kaya jika belum memajang lukisan Jeihan Sukmantoro.
Jeihan telah menyelenggarakan pameran lebih dari 100 kali, baik di Indonesia maupun luar negeri. Salah satu lukisan Jeihan Sukmantoro yang fenomenal, yaitu Satrio Piningit. Kamu bisa melihat koleksi lukisannya di Museum Puri Lukisan Ubud, Bali.Itulah pelukis terkenal Indonesia yang nama dan karyanya mendunia. Bagi kamu yang ingin menghabiskan waktu dengan mengagumi lukisan para pelukis maestro Indonesia, lebih mudah dengan booking akomodasi dan tiketnya di Traveloka. Dapatkan diskon dan promosi menarik untuk liburanmu semakin seru! Yuk, pesan sekarang!
Penginapan dan Hotel di Jakarta
Cari Penginapan dan Ho...
Lihat Harga