Bahasa Sunda merupakan salah satu bahasa daerah yang memiliki penutur terbanyak di Indonesia. Selain karena masyarakat Suku Sunda yang memiliki jumlah terbesar kedua di Indonesia (menurut sensus penduduk tahun 2010), banyaknya orang yang tinggal di daerah Jawa Barat juga membuat bahasa Sunda menjadi bahasa yang paling banyak digunakan dalam keseharian mereka. Bahasa Sunda juga tentunya dituturkan oleh para diaspora yang tersebar di seluruh wilayah. Pada tahun 2016, tercatat bahwa bahasa Sunda sekiranya memiliki 42 juta penutur.
Adanya berbagai media digital turut berperan pada penggunaan bahasa Sunda yang semakin populer. Banyaknya penduduk dan jumlah penutur bahasa Sunda membuat bahasa ini sering ditampilkan dalam media hiburan di televisi agar relevan dengan para penikmat layar kaca.
Mari ketahui informasi seputar bahasa Sunda dan penggunaannya, selengkapnya dalam artikel berikut!
Bahasa Sunda memiliki sejarah dan perkembangan yang kaya di Indonesia, terutama di wilayah Jawa Barat dan sekitarnya. Nama “Sunda” pertama kali dipakai sebagai nama ibu kota Kerajaan Tarumanagara yang didirikan oleh Raja Purnawarman pada tahun 397 Masehi. Demi mengembalikan pamor Tarumanagara yang kian memudar, penguasa Tarumanagara ke-13, Tarsubawa, mengubah nama Tarumanagara menjadi Kerajaan Sunda pada tahun 670 Masehi.
Sebagai bagian dari keluarga bahasa Austronesia, bahasa Sunda tidak hanya digunakan oleh suku Sunda, tetapi juga oleh masyarakat di daerah lain yang berinteraksi dengan budaya Sunda. Bahasa dan budaya masyarakat Sunda dapat mudah diterima bukan tanpa alasan. Orang sunda terkenal dengan memiliki sifat yang ramah dan riang, membuat interaksi yang terjadi terasa semakin menyenangkan.
Secara umum, bahasa Sunda terbagi menjadi dua jenis dialek, yakni dialek yang merealisasikan konsonan /h/ (dialek h) dan dialek yang tidak merealisasikan konsonan /h/ (dialek non-h). Bahasa Sunda Priangan, yang menjadi bahasa Sunda Baku, termasuk dalam dialek yang selalu mengucapkan bunyi konsonan /h/ di semua posisi.
Dalam struktur linguistiknya, bahasa Sunda memiliki beberapa dialek yang berbeda. Para pakar bahasa biasanya membedakan dialek (basa wewengkon) bahasa Sunda menjadi 6 dialek. Beberapa dialek bahasa Sunda tersebut sebagai berikut:
Masing-masing dialek ini memiliki ciri khas tersendiri, baik dalam pelafalan, kosakata, maupun penggunaan tata bahasanya. Dialek Priangan, misalnya, sering dianggap sebagai dialek yang paling "halus" dan banyak digunakan dalam komunikasi formal, sementara dialek Banten lebih dipengaruhi oleh interaksi dengan bahasa Melayu dan Betawi.
Sama seperti bahasa Jawa, bahasa Sunda juga terkenal dengan sistem tingkat kesopanan yang kompleks. Tingkatan bahasa tersebut disebut sebagai “undak usuk”. Terdapat tiga tingkat utama dalam bahasa Sunda: kasar, sedang, dan halus. Tingkat kesopanan ini sangat penting dalam komunikasi sehari-hari karena mencerminkan hubungan sosial antara pembicara dan pendengar.
Misalnya, dalam situasi formal atau ketika berbicara dengan orang yang lebih tua, masyarakat Sunda cenderung menggunakan bahasa halus, yang seringkali melibatkan perubahan dalam pemilihan kata dan struktur kalimat. Ini menunjukkan rasa hormat dan penghargaan terhadap lawan bicara yang merupakan nilai penting dalam budaya Sunda.
Salah satu aspek yang menarik dari bahasa Sunda adalah keberadaan berbagai ungkapan, idiom, dan peribahasa yang kaya. Ungkapan-ungkapan ini sering kali mencerminkan kearifan lokal dan filosofi hidup masyarakat Sunda. Misalnya, peribahasa "Cai matak ngala, lemah matak ngala" mengandung makna bahwa air dan tanah memiliki peranan penting dalam kehidupan. Ungkapan-ungkapan semacam ini tidak hanya memperkaya bahasa, tetapi juga memberikan wawasan mengenai cara berpikir dan pandangan dunia masyarakat Sunda.
Pada awalnya, bahasa sunda ditulis dengan menggunakan aksara Sunda. Aksara Sunda merupakan salah satu dari aksara yang diturunkan dari aksara Pallawa. Ini diketahui dari banyaknya prasasti yang ditemukan dari abad ke-10 hingga abad ke-15 Masehi. Salah satu prasasti yang terkenal adalah Prasasti Batutulis yang ditemukan di daerah Bogor.
Dalam konteks sastra, bahasa Sunda memiliki warisan yang kaya, tercermin dalam berbagai bentuk karya sastra, termasuk puisi, cerita rakyat, dan prosa. Puisi Sunda sering kali menggambarkan keindahan alam dan kehidupan sehari-hari masyarakat, dengan gaya yang puitis dan penuh makna. Cerita rakyat, seperti "Sangkuriang" dan "Lutung Kasarung," tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga menyampaikan nilai-nilai moral dan pelajaran hidup yang penting bagi generasi muda. Karya-karya sastra ini berfungsi sebagai jembatan antargenerasi, menjaga agar tradisi dan nilai-nilai budaya tetap hidup.
Pendidikan memainkan peran penting dalam pelestarian bahasa Sunda. Sejak tahun 2000-an, pemerintah daerah Jawa Barat telah mengintegrasikan pengajaran bahasa Sunda ke dalam kurikulum sekolah, dengan harapan generasi muda dapat memahami dan menggunakan bahasa mereka secara aktif. Di era modern, penggunaan bahasa Sunda terus mengalami perubahan.
Meskipun bahasa Sunda tetap dipertahankan dalam keluarga dan komunitas, pengaruh bahasa Indonesia dan bahasa asing, seperti Inggris, semakin kuat. Selain itu, terdapat berbagai lembaga dan organisasi yang berkomitmen untuk melestarikan bahasa dan budaya Sunda, seperti paguyuban seni dan komunitas sastra. Kegiatan-kegiatan ini tidak hanya membantu dalam pelestarian bahasa, tetapi juga memperkuat identitas budaya masyarakat Sunda di tengah masyarakat yang semakin heterogen.
Berikut adalah tiga contoh percakapan singkat dalam bahasa Sunda:
Ani : "Duh, panas pisan ayeuna, nya?"
Ucup : "Iya, ayeuna mah teu hujan deui. Bulan kemarau."
Ani : "Kumaha carana supaya teu kepanasan?"
Ucup : "Mending di jero bumi we, atawa make kipas angin."
Terjemahan:
Ani : "Wah, panas sekali hari ini, ya?"
Ucup : "Iya, sekarang sudah tidak hujan lagi. Musim kemarau."
Ani : "Gimana caranya biar tidak kepanasan?"
Ucup : "Lebih baik di dalam rumah saja, atau pakai kipas angin."
---
Asep : "Geus tuang acan, Neng?"
Rina : "Acantos, tadi nyatu di warung. Akang sorangan kumaha?"
Asep : "Kuring acan, hoyong mesen mie goreng."
Rina : "Mie goreng di dieu enak, pasti wareg."
Terjemahan:
Asep : "Sudah makan belum, Neng?"
Rina : "Sudah, tadi makan di warung. Akang sendiri gimana?"
Asep : "Saya belum, mau pesan mie goreng."
Rina : "Mie goreng di sini enak, pasti kenyang."
---
Tatang : "Rek kamana ayeuna?"
Ujang : "Rek ka pasar, bade ngagaleuh sayuran."
Tatang : "Ngarah ka pasar sorangan?"
Ujang : "Iya, ngan ukur saeutik nu di beuli."
Terjemahan:
Tatang : "Mau ke mana sekarang?"
Ujang : "Mau ke pasar, beli sayuran."
Tatang : "Pergi ke pasar sendiri?"
Ujang : "Iya, hanya beli sedikit saja."
Secara keseluruhan, bahasa Sunda bukan sekadar alat komunikasi, tetapi juga representasi dari kekayaan warisan budaya. Melalui bahasa Sunda, nilai-nilai, tradisi, dan sejarah masyarakat Sunda dapat diteruskan dan dipahami oleh generasi mendatang. Oleh karena itu, penting bagi setiap individu, baik yang berasal dari suku Sunda maupun bukan, untuk memahami dan menghargai keberadaan bahasa Sunda sebagai salah satu aset budaya yang berharga di Indonesia.
Saat berkunjung ke daerah-daerah berbahasa Sunda seperti Bandung, Garut, atau Tasikmalaya, Anda dapat lebih mendalami kearifan lokal dengan memahami bahasa ini. Menguasai sedikit kosa kata atau frasa dalam bahasa Sunda dapat membuka pintu keramahan masyarakat dan memberikan nuansa keakraban yang lebih hangat selama perjalanan. Jika Anda berencana mengunjungi berbagai daerah yang penduduk lokalnya berbahasa Sunda, informasi di atas akan membuat petualangan Anda semakin berkesan. Yuk, rencanakan kunjungan Anda bersama Traveloka!
Melalui Traveloka, Anda dapat mengatur akomodasi dan transportasi dengan mudah dan cepat, mulai dari memesan hotel hingga tiket pesawat dengan penawaran harga terbaik. Jangan lewatkan juga kesempatan untuk menjelajahi berbagai atraksi menarik di daerah Jawa Barat dan sekitarnya dengan membeli tiket atraksi melalui Traveloka.
Tunggu apalagi? Segera rencanakan perjalanan Anda bersama Traveloka dan jangan sampai ketinggalan berbagai promo menarik lainnya!
Rafting Bogor by Heirs Travel di Sungai Cisadane
Lido
Rp 350.000
Rp 297.500
Fri, 16 May 2025
Citilink
Surabaya (SUB) ke Jakarta (HLP)
Mulai dari Rp 907.400
Sat, 26 Apr 2025
Citilink
Palembang (PLM) ke Jakarta (HLP)
Mulai dari Rp 830.600
Tue, 20 May 2025
Batik Air
Bali / Denpasar (DPS) ke Jakarta (HLP)
Mulai dari Rp 1.223.200