Kunjungan ke suatu daerah tak akan lengkap tanpa mencoba pakaian adat setempatnya. Begitu pula baju adat NTT yang unik sehingga bisa masuk dalam daftar perjalanan Anda. Selain mencoba menyatu dengan warga lokal, kamu pun bisa mempelajari budaya dan sejarah NTT.

Namun, tahukah Anda jika ada banyak jenis baju adat? Hal tersebut terjadi karena penyebaran suku di daerah ini amat beragam. Mulai dari Suku Rote, Helong, Belu, Dwan, Sumba, dan masih banyak lagi. Supaya tak keliru, yuk cari tahu beberapa informasi terkait di sini!

NTT memiliki 8 suku yang tersebar di seluruh penjuru dengan budaya dan adat istiadat yang berbeda, termasuk pakaian adatnya yang unik. Tidak hanya memiliki ciri khas tersendiri, setiap baju adat tersebut juga menyimpan filosofi penting tak hanya bagi pemakainya tapi juga pada adat dan tradisi.

Setiap baju adat dari berbagai suku di NTT tentu memiliki nilai sejarah yang berbeda-beda namun sama-sama bermakna. Baju adat suku Rote misalnya, masyarakat setempat dulu memanfaatkan lahan disekitar rumah untuk menghasilkan kapas agar bisa diolah menjadi kain kapas.

Ada pula baju adat Suku Lio yang dianggap sakral karena menjadi pakaian khusu oleh kepala suku dan warga kerajaan. Tak heran jika Suku Lio juga masih menggunakan baju adat mereka untuk berbagai acara sakral hingga kini.

Keunikan dari baju adat NTT adalah detail setiap baju adat dari masing-masing suku yang berbeda. Mereka memiliki ciri khas tersendiri tak hanya pada atasan dan bawahannya saja melainkan juga aksesoris yang digunakan. Apalagi beberapa diantaranya dibuat langsung secara tradisional seperti penggunaan kain tenun dan kain songke.

Sebagaimana baju adat daerah lain, baju adat NTT juga berfungsi sebagai simbol atau identitas suatu suku. Tak heran jika semua suku di NTT memiliki baju adat dengan keunikannya masing-masing. Baju adat juga berfungsi sebagai pakaian yang menambah kesan sakral suatu acara dan memberikan kesan tersendiri bagi pemakainya.

1. Baju adat Suku Rote

Bagian yang paling mencolok dari baju adat NTT adalah topi yang bentuknya mirip topi Meksiko yang disebut ti’i langga. Topi tersebut menjadi simbol kewibawaan laki-laki Suku Rote, dipadukan dengan kemeja putih lengan panjang dengan kombinasi sarung tenun ikat berwarna gelap. Sedangkan perempuan menggunakan mahkota bentuk bulan sabit emas.

2. Baju adat Suku Dawan

Baju adat Suku Dawan dikenal dengan Amarasi yang terdiri dari kebaya dan selendang yang dipakai untuk menutupi dada dan sarung untuk bawahannya. Sedangkan para laki-laki mengenakan kemeja bodo dan sarung tenun yang diikatkan di pinggang.

3. Baju adat Suku Helong

Perempuan Suku Helong mengenakan kebaya atau kemben dengan bawahan yang diikat dengan peding. Sedangkan para laki-laki biasanya menggunakan atasan kemeja bodo yang dipadukan dengan bawahan selimut lebar sebagai sarung.

4. Baju adat Suku Sabu

Suku Sabu merupakan kelompok etnis di Pulau Sewu dan Raijua dimana para laki-laki suku ini biasanya mengenakan atas kemeja dengan sarung dari kain tenun. Sementara itu, kain tenun pada perempuan dibuat dua lilitan yang lebih rapat dengan motif senada.

5. Baju adat Suku Sumba

Baju adat Suku Sumba dikenal dengan istilah “hinggi” untuk laki-laki dan “lau” untuk perempuan. Laki-laki Suku Sumba mengenakan dua helai hinggi pada pinggang dan pundak sedangkan lau dikepit seperti kemben. Bagian bahu perempuan biasanya ditutup dengan taba huku atau selendang berwarna senada.

6. Baju adat Suku Lio

Berbeda dengan baju adat suku lain yang sudah mulai boleh digunakan oleh berbagai kalangan, baju adat Suku Lio masih sangat sakral. Masyarakat adat biasanya mengenakan kain tenun ikat dengan aneka motif seperti hewan, dahan, dan manusia pada kain gelap.

7. Baju adat Suku Manggarai

Baju adat Suku Manggarai cukup unik dengan penggunaan kain Songke yang memiliki motif khusus antara bagian depan dan belakang. Tiap motif memiliki makna yang berbeda seperti motif Ranggong yang berarti kejujuran dan Su’i yang melambangkan bahwa segala sesuatu memiliki batasan.

8. Baju adat Suku Sikka

Perempuan Suku Sikka mengenakan atasan Labu Liman Barun lengan panjang dengan kancing di bagian depannya. Atasan tersebut dipadukan dengan bawahan sarung yang disebut utan lewak dan menggunakan konde sebagai pelengkap. Sedangkan sarung yang digunakan oleh laki-laki Suku Sikka disebut utan werung.

Aksesoris baju adat NTT cukup beragam tergantung dengan jenis dari masing-masing suku. Perhiasan emas biasanya digunakan sebagai aksesoris baju adat untuk perempuan. Seperti mahkota dan pending Suku Rote dan tusuk konde dan gelang berbentuk ular Suku Dawan. Ada pula ikat pinggang emas, kalung, anting-anting, serta hiasan leher berbentuk bulan milik Suku Helong.

Hiasan pada laki-laki biasanya lebih terlihat simpel namun tetap memberikan kesan gagah pada pemakainya. Misalnya topi lontar milik Suku Rote yang melambangkan kewibawaan dan aneka aksesoris lain seperti kalung habas, gelang timor, serta hiasan tara pada kepala yang digunakan Suku Dawan.

Selain itu, masih ada banyak aksesoris lain yang lebih detail pada baju adat tiap suku. Para perempuan kebanyakan memakai perhiasan untuk menambah kesan anggun dengan bahan emas sedangkan laki-laki biasanya dilengkapi senjata tradisional.

Bahan untuk membuat baju adat NTT cukup beragam, misalnya tenun ikat digunakan untuk membuat sarung oleh Suku Rote. Suku Lio yang merupakan suku tertua di Pulau Flores juga memiliki kain tenun Ikat Paloka dan membedakan antara jenis kain bagi laki-laki dan perempuan.

Suku Manggarai juga menggunakan kain yang dibuat secara tradisional yang disebut Kain Songke. Sementara itu, Suku Sikka membuat baju adatnya menggunakan bahan sutra. Lebih unik lagi adalah Suku Sumba yang memiliki aneka jenis seperti Lau Kawar, Lau Pahudu, Lau Mutikau, dan Lau Pahudu Kiku.

Umumnya baju adat NTT digunakan dalam acara-acara besar dan penting seperti upacara pernikahan adat. Ada pula beberapa baju adat untuk acara yang lebih sakral seperti kain adat Suku Lio yang terbuat dari tenun Ikat Paloka.

Kain tersebut sangat sakral karena sering digunakan untuk penutup jenazah pada kepala suku dan kaum bangsawan. Baju adat Suku Lio bahkan bisa digunakan sebagai barang jaminan dan bukti kemampuan keterampilan anak gadis untuk persyaratan menikah.

Ada banyak jenis baju adat NTT sehingga Anda perlu mencari informasi secara detail sebelum menggunakannya. Dengan demikian Anda bisa menentukan jenis baju yang tepat dengan daerah asal dan acara yang akan Anda hadiri. Untuk mendapatkan informasi yang akurat, Anda bisa bertanya kepada masyarakat adat setempat.

Datanglah ke Kampung Adat Praijing yang berlokasi di Waikabubak, Sumba. Selain bisa mencoba baju adat NTT, Anda juga bisa lihat rumah adat yang penuh filosofi. Lokasinya yang berada di ketinggian membuat kawasan ini memiliki pemandangan yang sangat indah.

NTT sangat terkenal dengan pesona alamnya yang indah, termasuk Labuan Bajo dan Pulau Komodo yang begitu tersohor. Anda bahkan bisa menemukan beberapa spot unik seperti pantai dengan pasir berwarna pink dan desa peninggalan zaman megalitik.

Selain itu, NTT juga memiliki banyak suku yang masih sarat dengan kearifan lokal misalnya dengan mengunjungi desa adat Wae Rebo. Segera rencanakan liburan Anda ke NTT untuk menemukan surga tersembunyi dengan memesan kebutuhan liburan di Traveloka.

Baca juga: Surga Wisata Tersembunyi di NTT

Mulai dari tiket pesawat dengan berbagai pilihan maskapai hingga aneka tipe akomodasi tersedia di Traveloka. Bersama Traveloka, liburan jadi semakin mudah karena semuanya bisa dipesan secara online dengan berbagai pilihan pembayaran.