Mengenal Lebih Dalam Kerajinan Tanah Liat Gerabah

Mas Bellboy
30 May 2024 - 4 min read

Gerabah mulai dikenal dan dipergunakan oleh masyarakat sejak ribuan tahun lalu. Data arkeologi menyebutkan bahwa kerajinan gerabah telah ada sejak zaman prasejarah, ketika manusia mulai bercocok tanam. Mulanya dimanfaatkan sebagai wadah makanan atau peralatan rumah tangga. Seiring berjalannya waktu, gerabah memiliki fungsi yang lebih luas seperti perangkat upacara tradisi hingga bahan bangunan.

Photo : istockphoto

Gerabah terbuat dari tanah liat yang melalui proses pembakaran sederhana menggunakan tungku khusus. Diproduksi secara tradisional dengan sentuhan langsung tangan para perajin. Bahkan beberapa daerah di Indonesia menjadikan gerabah sebagai mata pencaharian masyarakat setempat hingga berhasil diekspor ke banyak negara.

Mulai dari sejarah, proses pembuatan, hingga daerah mana saja yang terkenal sebagai penghasil gerabah di Indonesia telah Traveloka rangkum dibawah ini.

Menilik Sejarah Gerabah dari Masa ke Masa

Photo : istockphoto

Bermula ketika masyarakat menggunakan keranjang anyaman sebagai wadah bahan makanan. Untuk mengantisipasi kebocoran, mereka melapisi bagian dalam keranjang anyaman dengan tanah liat. Ketika melalui proses pembakaran, keranjang anyaman menjadi musnah, namun tanah liat tersebut menjadi keras dan berbentuk seperti wadah. Wadah tanah liat itulah yang sekarang dikenal sebagai gerabah.

Kerajinan gerabah diperkirakan berasal dari Negeri Cina, sekitar 4000 SM silam. Pada masa itu, gerabah dibuat dengan tujuan sebagai perkakas rumah tangga seperti kendi, kuali, tempayan, dan sebagainya. Seiring berjalannya waktu, fungsi gerabah bergeser lebih luas yaitu sebagai bahan bangunan seperti genteng, batu merah, dan tegel lantai.

Gerabah dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu yang mampu menyerap air (kuali, kendi, tungku, bata merah, celengan, dan lain-lain) dan yang tidak mampu menyerap air/kerajinan keramik (cangkir, piring, guci, tegel lantai, dan lain-lain).

Menurut sejarah, tradisi gerabah berkembang di Indonesia pada zaman Mesolitikum Akhir, ketika manusia mulai mengenal tradisi bercocok tanam. Bukti-bukti sejarah gerabah bisa kamu temukan di Kendenglembu di Banyuwangi, Kelapa Dua di Bogor, Serpong di Tangerang, Kalumpang dan Minanga Sipakka di Sulawesi, sekitar bekas Danau Bandung, dan Peso di Minahasa. Bentuk gerabah dari setiap daerah cenderung berbeda.

Di Indonesia, pembuatan gerabah mengalami kemajuan ketika masa perundagian. Meskipun pada masa itu, alat-alat logam berperan penting dalam kehidupan, tidak lantas menggantikan peran penting gerabah. Daerah penemuannya menjadi lebih jelas dan ragam gerabah yang ditemukan menjadi lebih kaya.

Proses Produksi Gerabah

1. Persiapan Produksi

Proses awal yaitu mempersiapkan segala bahan dan alat pembuatan. Bahan utama yaitu tanah liat dan pasir. Serta meja putar sebagai alat bantu. Tanah liat hasil menggali secara langsung memiliki tekstur lengket dan mudah dibentuk. Tanah liat yang baik memiliki warna coklat atau putih kecoklatan.

Untuk hasil yang lebih bagus, sebaiknya siram tanah liat dengan air dan diamkan selama satu hingga dua hari. Jangan lupa untuk menyisir tanah liat menggunakan cangkul agar batu-batu kecil dapat tersingkir.

Selanjutnya tanah liat digiling agar lebih rekat dan liat. Ada dua cara penggilingan yaitu secara manual dan mekanis. Manual yaitu dengan cara diinjak-injak, dan mekanis yaitu menggunakan mesin giling.

1.
Proses Produksi
2.
Pembentukan Gerabah

Pada proses ini dibutuhkan kesabaran dan kreatifitas dari perajin gerabah. Tanah liat yang masih berbentuk abstrak kemudian dibentuk secara perlahan dengan berbagai teknik pembentukan. Proses pembentukan gerabah disesuaikan dengan desain atau keinginan perajin. Ada 5 teknik dalam pengolahan, diantaranya:

Teknik pijit (Pinching), teknik dengan cara memijit tanah liat menggunakan tangan. Tujuannya agar tanah liat menjadi lebih padat, tidak mudah mengelupas, dan tentunya tahan lama.
Teknik gulung (coil), teknik dengan cara menyusun komponen tanah liat yang dibentuk seperti pensil atau uliran.
Teknik slab, teknik membentuk lempengan tanah liat menyerupai lembaran kertas, kemudian dibentuk sesuai desain yang ada.
Teknik cetak (mouding), teknik dengan mengandalkan alat bantu cetak.
Teknik putaran, teknik ini paling sering digunakan karena hasilnya lebih halus dengan proses yang cepat. Menggunakan alat khusus berupa meja putaran (subang pelarik). Cara melakukannya yaitu dengan menaruh tanah liat di atas meja putar, lalu tekan tanah liat dengan kedua tangan sambil diputar. Buatlah bentuk sesuai yang diinginkan, umumnya gerabah yang dihasilkan berbentuk bulat atau silindris.

2. Penjemuran Gerabah

Gerabah yang telah dibentuk sesuai keinginan, lalu dijemur di bawah sinar matahari terik. Dijemur hingga kering secara merata. Lama penjemuran tergantung cuaca atau durasi sinar matahari pada hari itu.

3. Pembakaran Gerabah

Proses pembakaran gerabah menggunakan tungku pembakaran khusus yang dirancang agar mengalirkan panas secara merata ke seluruh permukaan gerabah. Suhu yang diperlukan untuk proses pembakaran yaitu berkisar 800-1000 derajat celcius.

Jangan sampai gerabah terguyur air atau hujan selama proses pembakaran karena dapat mempengaruhi hasilnya. Maka, perlu atap pada tungku pembakaran untuk melindungi gerabah. Ketika sudah matang, gerabah berubah warna menjadi coklat terang atau coklat kemerahan.

4. Penyelesaian Gerabah (Finishing)

Finishing menjadi proses akhir pembuatan gerabah, yaitu memberikan hiasan atau warna pada gerabah. Pemberian hiasan dan warna pada gerabah dapat menambah nilai estetika dan nilai jual gerabah itu sendiri.

Daerah Terkenal Penghasil Gerabah di Indonesia

Desa Kasongan di Yogyakarta

Desa Kasongan di Yogyakarta terkenal sebagai daerah penghasil gerabah berkualitas tinggi. Tak hanya dalam negeri, bahkan hingga diekspor ke luar negeri seperti India, Amerika Serikat, dan Australia. Desa ini bahkan berhasil mengekspor sebanyak 80 kontainer per bulannya.

Industri gerabah di Desa Kasongan telah ada sejak zaman kolonial belanda dan disebut-sebut sebagai pusat gerabah di Yogyakarta. Gerabah yang dihasilkan mulai dari mangkuk, guci, hingga patung.

Desa Kapal di Bali

Di bali, ada Desa Kapal yang juga terkenal sebagai daerah penghasil gerabah. Gerabah disini banyak digunakan sebagai keperluan pribadi seperti kegiatan keagamaan. Kebanyakan perajin gerabah di desa ini merupakan ibu-ibu yang telah ahli membuat gerabah secara turun temurun tanpa menggunakan mesin. Bahkan, para perajin mampu menghasilkan 400 cetakan dalam sehari.

Desa Wisata Sitiwinangun dan Desa Anjun di Jawa Barat

Ingin mencoba langsung proses pembuatan gerabah? Kamu bisa mengunjungi Desa Wisata Sitiwinangun di Kabupaten Cirebon Jawa Barat. Disana tersedia paket wisata dimana wisatawan dapat melihat dan belajar secara langsung cara pembuatan gerabah. Jumlah perajin gerabah di desa ini pernah mencapai 1000 orang pada tahun 1990-an.

Ada pula Desa Anjun sebagai daerah penghasil gerabah berkualitas hingga diekspor ke banyak negara seperti Belanda, Cina, dan Rusia. Industri gerabah disini telah berlangsung sejak tahun 1795 pada masa penjajahan Belanda. Hebatnya, para perajin gerabah di Desa Anjun mampu memproduksi 7,2 juta unit gerabah tiap tahunnya.

Itulah ulasan mengenai sejarah, proses pembuatan, hingga daerah yang terkenal akan produksi gerabahnya. Tidak hanya sebagai jual beli, produksi gerabah juga merupakan upaya melestarikan kerajinan tanah liat warisan nenek moyang.

Bagaimana tertarik untuk belajar membuat gerabah? Yuk kunjungi daerah-daerah wisata penghasil gerabah di Indonesia tersebut. Ada berbagai paket tour menarik dan praktis dari Traveloka yang bisa kamu manfaatkan. Jangan lewatkan juga berbagai promo menarik lainnya untuk liburan yang lebih hemat!

Penginapan dan Hotel di Surabaya

Cari Hotel di Surabaya...

Lihat Harga

Hotel
Tiket Pesawat
Things to Do
Selalu Tahu Kabar Terbaru
Dapatkan berbagai rekomendasi travel & gaya hidup serta info promo terkini dengan berlangganan newsletter kami.
Langganan