0

Mas Bellboy

07 Mar 2024 - 4 min read

Mengenal 5 Upacara Adat Maluku

Maluku adalah destinasi wisata yang atraktif! Pulau-pulau eksotis di Maluku menawarkan destinasi wisata alam yang memukau dengan pemandangan laut yang jernih dan keindahan alam yang belum terjamah.

Jelajahi kekayaan budaya Maluku dengan menghadiri beberapa upacara adat yang masih eksis sampai saat ini. Upacara adat Maluku memiliki beragam makna dan tujuan, yang semuanya sangat menarik untuk diketahui.

Jangan lewatkan kesempatan untuk menyaksikan langsung upacara adat Maluku yang khas saat kamu ke pergi ke pulau cantik ini. Perjalananmu ke Maluku akan kaya dengan kultur dan adat istiadat setempat, menjadikannya sebagai perjalanan paling berkesan!

Berikut adalah beberapa upacara adat Maluku:

Shutterstock.com

Upacara Adat khas Maluku

1. Upacara Rujena

Upacara Rujena adalah upacara adat Maluku yang dilakukan Suku Nualu untuk anak laki-laki dalam rentang usia beranjak dewasa. Anak laki-laki yang dulunya masih kecil, kini bisa menjadi pelindung, terutama bagi perempuan.

Mereka membagi upacara Rujena ini menjadi 3 tahapan. Pertama, yaitu pemasangan cawat atau pakaian dalam. Anak laki-laki akan berkumpul membuat lingkaran, didampingi oleh satu saksi dari soa yang sama. Soa adalah sebuah kesatuan masyarakat berdasarkan genealogis teritorial. Mereka akan telanjang, kemudian Momo kanate (orang yang dipercaya untuk memimpin upacara) akan memasangkan cawat tersebut.

Tahapan berikutnya adalah tahap Pahateri, atau tahap pembunuhan hewan. Hewan yang digunakan di sini adalah kuskus. Tahap ini menyimbolkan keberanian laki-laki dan seiring dengan anggapan bahwa laki-laki harus pintar berburu serta terampil dalam menggunakan senjata.

Anak-anak yang berhasil akan tinggal di Walano selama 6 hari dan makan-makan bersama. Kemudian, mereka akan pulang sambil menggunakan konorum, yaitu sehelai kain yang mereka lilitkan di kepala.

Terakhir adalah tahap Rujena, yaitu pengesahan sebagai seorang laki-laki dewasa. Setelah pulang, mereka akan berkumpul di Suwane dan menari Tarian Cakalele. Setelah tarian selesai, mereka pun dilantik oleh Pinawasa menjadi seorang laki-laki dewasa. Jika seorang laki-laki sudah lulus dari Rujena, maka ia sudah bisa berkeluarga dan disebut sebagai mataken, yaitu sebuah gelar bagi mereka yang telah lulus Rujena.

2. Upacara Fangnea Kidabela

Selanjutnya, upacara adat Maluku yang meriah adalah Upacara Fangnea Kidabela. Upacara ini dilakukan oleh masyarakat dari Kepulauan Tanimbar, Maluku. Dalam upacara ini, masyarakat akan menarikan tarian yang dikenal dengan sebutan Tari Tnabar Ilaa. Tarian ini akan berkisah mengenai awal mulanya terbentuk kidabela (persekutuan) antara dua kampung atau lebih.

Upacara Fangnea Kidabela sangat menarik untuk dilihat. Tercipta kehangatan dan keeratan antar warga dalam upacara ini. Selain itu, melalui Tari Tnabar Ilaa yang mereka tampilkan, mereka berharap bahwa seluruh warga akan selalu mengenal kisah leluhur mereka. Jika mereka mengenal sejarahnya, tentu mereka pun akan senantiasa menjaga keutuhan dan keharmonisan dari masyarakat Tanimbar.

Selain Kidabela, ada juga kebudayaan yang mengatur kekerabatan dan hubungan sosial masyarakat yang luas, dikenal dengan Duan Lolat. Kidabela sendiri sesungguhnya adalah perwujudan dari Duan Lolat.

3. Upacara Sasi

Tradisi Sasi adalah sebuah hukum adat yang melarang masyarakat sekitar pesisir pantai untuk mengambil hasil panen dalam jangka waktu tertentu. Pelarangan ini adalah sebagai bentuk menjaga kelestarian ekosistem laut. Selain itu, tradisi Sasi juga adalah sebagai bentuk penghormatan, terlebih bagi mereka yang mencari penghasilan dari laut.

Tradisi ini telah lama dilakukan oleh para leluhur hingga akhirnya menjadi sebuah hukum adat dan kini menjadi tanggung jawab pemuka agama. Dahulu, sasi juga hanya dilakukan untuk laut, namun sekarang ada pula sasi darat yang melarang pengambilan sumber daya alam di hutan atau kebun dalam jangka waktu tertentu.

Seorang tetua adat biasanya berkeliling kampung dan mengingatkan aturan tradisi sasi sambil diiringi dengan alat musik. Ketika tradisi sasi selesai pun, tetua adat akan kembali berkeliling untung memberitahu. Untuk menjaga lingkungan, tetua adat juga mengingatkan apa saja yang dapat digunakan untuk menangkap ikan yang aman bagi ekosistem laut.

4. Makan Patita

Agar hubungan masyarakat semakin erat dan harmonis, ada sebuah tradisi berupa makan-makan bersama yang diselenggarakan oleh masyarakat Maluku ketika mereka merayakan sesuatu, misalnya Hari Ulang Tahun kota, pelantikan raja, dan lain-lain. Kata “Makan Patita” sendiri berarti makan dengan banyak orang.

Sebuah meja panjang, mungkin sepanjang 200 meter, tersedia dengan makanan-makanan yang menggugah selera telah disajikan di atasnya. Makanan-makanan tersebut adalah makanan khas Maluku, seperti papeda, ikan kuah kuning, atau kohu-kohu. Ada juga pisang rebus, ubi, serta singkong.

Adapun makanan-makanan ini adalah hasil masak masing-masing warga yang kemudian ditaruh di atas meja untuk dinikmati bersama.

Uniknya lagi, upacara Makan Patita ini diselenggarakan antar marga. Mereka akan berembuk untuk menentukan kapan akan melaksanakan upacara Makan Patita, yaitu dengan cara berpantun. Tentu, menjawab rembukkan tersebut pun harus juga memakai pantun. Menarik, bukan?

5. Obor Pattimura

Shutterstock.com

Sampai sekarang, masyarakat Maluku masih melakukan penghormatan terhadap jasa-jasa yang telah dilakukan oleh Kapitan Pattimura, seorang Pahlawan Nasional Indonesia yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia.

Penghormatan kepada Kapitan Pattimura dilakukan dengan melaksanakan upacara yang dikenal sebagai Obor Pattimura. Obor Pattimura dilaksanakan setiap tanggal 15 Mei, yang juga sudah dikenal sebagai hari untuk memperingati jasa Pattimura. Obor sendiri merupakan simbol semangat yang membara dari perjuangan Pattimura melawan para penjajah pada saat itu.

Api untuk obor-obor yang akan diarak-arak ini dibuat oleh Pemangku Adat di Gunung Saniri, Pulau Saparua, Maluku. Obor pun lalu diarak-arak. Ada juga lari obor, dimana

6. Upacara Cuci Negeri Soya

Terakhir adalah Upacara Cuci Negeri Soya. Upacara ini dilaksanakan oleh masyarakat Negeri Soya pada minggu kedua di bulan Desember dan sudah turun-temurun dilakukan. Berlangsungnya upacara ini cukup lama. Beberapa mengatakan bahwa upacara ini bisa dimulai dari awal Desember dan berakhir di minggu pertama bulan Januari.

Upacara ini bertujuan untuk membersihkan diri dan membersihkan negeri dari hal-hal negatif. Mereka melakukannya di Gunung Sirimau dan di Negeri Soya. Upacara Cuci Negeri Soya juga berlangsung sangat meriah. Bagi wisatawan, upacara ini sangat menarik untuk disaksikan.

Terdapat beberapa rangkaian dari Upacara Cuci Negeri Soya. Semuanya bermula dari musyawarah di awal Desember mengenai berlangsungnya upacara ini. Selanjutnya, para pemuda akan naik ke Gunung Sirimau dengan diiringi dengan musik tifa, tahuri, dan gong. Lalu, mereka mencuci tangan, kaki, serta wajah di air Wai Wehalouw dan Unuwei sebagai simbol mengilangkan kedengkian, iri hati, dan rasa curiga dari dalam diri.

Rasakan sendiri pengalaman kaya tradisi ini dan luangkan waktu untuk mengeksplor upacara adat Maluku dan seluruh keindahan serta kebudayaannya yang sangat menarik untuk kamu pelajari.

Sebelum berangkat dan mengeksplor semua upacara adat Maluku, pastikan untuk melakukan booking dari semua persiapan traveling-mu melalui Traveloka. Temukan hotel terbaik dengan harga paling worth it di kantong kamu hanya lewat Traveloka!

Penginapan dan Hotel di Ambon

Cari Hotel dengan promo Traveloka

Selalu Tahu Kabar Terbaru
Dapatkan berbagai rekomendasi travel & gaya hidup serta info promo terkini dengan berlangganan newsletter kami.
Langganan