Mengenakan pakaian adat tentu bisa menjadi kebanggan tersendiri, khususnya jika kamu berasal dari daerah tersebut. Selain punya nilai historis yang kental, baju adat juga memberikan makna-makna yang sesuai dengan tradisi.
Begitu pun dengan baju adat Sumatera Selatan. Kesan mewah dan elegan amat melekat pada pakaian adat di sini. Dari pada penasaran, sebenarnya seperti apa asal-usul maupun sejarah dari baju adat di Sumatera Selatan. Yuk simak penjelasan lengkapnya di sini!
Shutterstock.com
Tidak hanya terkenal dengan pempek dan tekwan, daerah Sumatera Selatan juga ternyata dikenal dengan ragam pakaian adatnya yang indah dan menawan. Secara umum terdapat dua jenis pakaian adat Sumatera Selatan yakni Aesan Gede dan Paksangkong. Keduanya digunakan untuk keperluan yang berbeda.
Yang jelas, keduanya punya kesamaan yakni menonjolkan sisi kemewahan dan keanggunan. Kalau kamu ingin tahu lebih lanjut mengenai pakaian-pakaian ini, tolong baca artikel ini sampai selesai ya.
Budaya dan tradisi di wilayah Sumatera Selatan erat kaitannya dengan eksistensi kerajaan Sriwijaya di masa lalu. Begitu pula dengan baju adatnya yakni Aesan Gede dan Pak Sangkong yang terpengaruhi dengan sejarah kerajaan Sriwijaya.
Aesan Gede merupakan pakaian yang melambangkan kebesaran yang melambangkan keagungan kerajaan Sriwijaya pada masa silam. Baju adat Aesan Gede konon sudah digunakan para pasangan bangsawan serta raja dan permaisuri di Sriwijaya. Menurut para ahli budaya. arti dari Aesan ialah hiasan, sedangkan Gede yang berarti kebesaran. Jadi, makna dari Aesan Gede adalah pakaian kebesaran.
Sama seperti Aesan Gede, pakaian adat Paksangkong juga telah dikenal sejak era kerajaan Sriwijaya. Secara bahasa, Paksangkong berasal dari dua kata yaitu pak dan sangkong. Pak artinya delapan dan Sangkong yang berarti dewa. Tidak heran jika dalam pakaian adat ini mengandung banyak simbol keagungan dan keluhuran.
Unsur keemasan dan gemerlap menjadi ciri khas dari pakaian adat Sumatera Selatan. Kondisi ini sesuai dengan citra Pulau Sumatera di masa lalu yang memang dikenal sebagai pulau emas atau Swarnadipa.
Mulai dari baju kurung yang menjadi atasan hingga kain songket yang menjadi bawahan dari pakaian adat Sumatera Selatan seluruhnya bertabur hiasan dan motif emas yang menambah citra kemewahan dan keglamoran dari pakain ini.
Baju Aesan Gede biasanya digunakan saat berlangsungnya upacara adat pernikahan. Pakaian ini digunakan oleh kedua pasangan yang baru menikah. Sama seperti Aesan Gede, baju Paksangkong saat ini juga kerap digunakan para pembesar untuk acara dan upacara adat di Sumatera Selatan.
Shutterstock.com
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, terdapat dua jenis pakaian adat Sumatera Selatan yang populer yakni baju adat Aesan Gede dan Paksangkong. Untuk memahami lebih jelas seperti apa kedua pakaian adat ini, mari simak penjelasan berikut ini:
1. Aesan Gede
Baju Aesan Gede dibuat sepasang untuk laki-laki dan perempuan. Busana untuk pria berupa jubah bertabur bunga bintang dan rantai emas, celana sutra dengan motif ukel yang disulam dengan kain emas. Selain itu untuk menghias bawahan disertai juga kain songket emas untuk mengelilingi bagian pinggang hingga lutut, dan juga songkok emas sebagai penghias kepala yang disebut kesuhan.
Sementara itu, busana untuk perempuan merupakan baju kurung yang menutup hingga bagian kaki, dengan dominasi warna merah yang berhiaskan berbagai motif berwarna keemasan. Bagian dada pada busana perempuan juga ditutupi jubah emas bermotif bunga bintang dan rantai emas yang senada dengan busana pria. Sebagai penutup kepala juga terdapat sebuah mahkota emas yang bentuknya serupa dengan bunga cempaka. Mahkota ini dalam bahasa setempat biasa disebut sebagai cempako
2. Paksangkong
Sama seperti baju Aesan Gede, baju Paksangkong juga diciptakan sepasang untuk laki-laki dan perempuan. Baju Aesan Gede yang digunakan laku-laki mengenakan songket lepus sulam emas yang dipadukan dengan jubah motif bunga emas, selempang dan celana. Hiasan kepala memakai songkok emas. Jubah yang dikenakan merupakan akulturasi dari budaya Arab. Berupa baju panjang bertabur motif bunga teratai yang digambarkan seolah mengapung di air. Secara filosofi, teratai melambangkan kebahagian pengantin yang telah menikah.
Sementara itu, baju Paksangkong untuk perempuan juga memakai memakai baju kurung atau dodot berwarna merah bermotif taburan bintang emas yang memanjang hingga bagian kaki. Hiasan kepala berupa mahkota paksangkong, teratai penutup dada, serta kain songket bersulam emas. Mahkota Paksangkong dipakai di kepala bagian kening. Pada mahkota terdapat motif hias bunga teratai dan setangkai bunga mawar, serta motif dasar berbentuk lingkaran.
Baju kurung pada pengantin wanita mendapatkan pengaruh dari budaya Melayu-Islam. Agar senada, baju kurung harus bermotif sama dengan jubah pengantin laki-laki.
Ada banyak aksesoris yang digunakan untuk baju adat Aesan Gede dan Paksangkong, berikut jenis-jenis aksesori beserta penjelasannya:
1. Kesuhan
Kesuhan adalah sebutan untuk mahkota yang dikenakan pengantin laki-laki. Bentuk dari kesuhan sangat khas seperti mahkota yang digunakan bangsawan atau raja-raja Kerajaan Sriwijaya terdahulu. Kesuhan pada laki-laki berarti seorang laki-laki harus memiliki sifat berani dalam keluarga dan masyarakat.
2. Cempako
Cempako adalah bunga cempaka yang dipakai di kepala. Maknanya agar pengantin menjaga keindahan perilakunya. Disamping itu, cempako juga punya makna penggunanya harus memiliki sifat keibuan, kelembutan dan punya rasa kekeluargaan.
3. Terate
Terate adalah hiasan atau jubah yang digunakan oleh laki-laki dan perempuan untuk menutupi bagian dada dan pundak. Hiasan ini menggambarkan kemegahan, kesucian, dan kesabaran dalam hal apapun.
4. Selempang Sawit
Selempang sawit berjumlah 2, dipakai menyilang dari bahu kiri ke pinggang sebelah kanan, dan dari bahu kanan ke pinggang sebelah kiri. Hiasan ini memiliki makna bahwa laki-laki dan perempuan harus sejajar.
5. Keris
Keris biasanya digunakan sebagai hiasan untuk pengantin pria yang diselipkan di pinggang depan sebelah kanan dengan gagangnya menghadap keluar.
6. Pending
Pending adalah ikat pinggang laki-laki dan perempuan berbentuk lempengan.
7. Kain Songket
Baik untuk busana Aesan Gede maupun Paksangko biasanya dilengkapi dengan kain songket yang merupakan ciri khas dari pakaian adat Sumatera Selatan. Motif kain songket secara simbolis menunjukkan bahwa masyarakat Sumatera Selatan berlaku tertib dan saling menghormati satu sama lain.
8. Gelang Palak Ulo
Gelang ini merupakan gelang emas 24 karat bertabur berlian yang biasanya dikenakan oleh perempuan saat sedang mengenakan pakaian adata Sumatera Selatan. Gelang ini berbentuk ular naga bersisik dan berpulir.
Untuk pakaian adat dengan kualitas terbaik, bahan dari aksesoris pakaian adat Aesan Gede atau Paksangkong ini seperti mahkota, gelang dan lain- lain, itu ialah emas, permata, berlian dan intan. Kainnya sendiri itu dari kain tenun songket yang harganya bisa mencapai Rp2 juta per meternya. K
arena harganya yang mahal biasanya pakaian adat Sumatera Selatan dimiliki secara pribadi. Namun belakangan untuk kebutuhan pesta pernikahan ataupun foto dokumentasi pribadi, ada beberapa pihak yang menyewakan kedua jenis pakaian adat ini baik itu yang berkualitas tinggi maupun yang berkualitas menengah dengan menggunakan bahan-bahan emas imitasi.
Shutterstock.com
Di era modern saat ini, baju adat Sumatera Selatan kerap digunakan untuk acara pernikahan adat maupun pesta-pesta adat lain. Namun kalau kamu penasaran ingin menggunakan Aesan Gede atau Paksongkong, ada banyak pengelola destinasi wisata di wilayah Sumatera Selatan yang menyewakan pakaian ini untuk keperluan foto pribadi.
Saat kamu mau mengenakan baju adat Sumatera Selatan, pastikan jika ukuran baju yang akan kamu kenakan sesuai dengan ukuran badanmu, baik atasan, bawahan, hinga aksesoris-aksesoris pelengkapnya. Jika hanya digunakan untuk keperluan foto dokumentasi pribadi sangat disarankan untuk menggunakan pakaian adat Sumatera Selatan kualitas menengah ke bawah karena jika kamu tidak sengaja merusaknya, kamu tidak perlu mengganti dengan biaya mahal.
Jika kamu ingin merasakan pengalaman menggunakan pakaian adat Sumatera Selatan lalu mendokumentasikannya, kamu bisa berkunjung ke sejumlah desa wisata seperti Desa Wisata Sungsang IV di Kabupaten Banyuasin, Desa Wisata Shuji Lembak yang terletak di Kabupaten Muara Enim, atau Desa Bumi Ayu terletak di Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI).
Nah, agar perjalanan wisatamu ke Sumatera Selatan semakin menyenangkan, pastikan untuk selalu melakukan pemesanan tiket pesawat dan hotel hanya dengan aplikasi Traveloka. Dengan paket Traveloka tiket pesawat plus hotel kamu berkesempatan untuk liburan hemat kemana saja di seluruh dunia. Jadi, jangan ragu untuk download aplikasinya sekarang juga!
Penginapan dan Hotel di Sumatera Selatan
Cari Hotel di Sumatera...
Lihat Harga