Kerajaan Kediri merupakan kerajaan bercorak Hindu Buddha yang berdiri lantaran adanya pembagian kekuasaan Kerajaan Kahuripan oleh Raja Airlangga di wilayah Jawa Timur (1042-1222 M). Sebelumnya, Kerajaan Kediri bernama Kerajaan Panjalu tetapi mengganti namanya setelah berhasil mengalahkan Kerajaan Jenggala setelah perang saudara selama puluhan tahun. Masa keemasan kerajaan ini berada pada masa kepemimpinan Raja Jayabaya (1135-1159) sebelum runtuh di tahun 1222 Masehi setelah diserang oleh Ken Arok, pendiri Kerajaan Singasari.
Kini, terdapat banyak peninggalan Kerajaan Kediri termasuk karya sastra Jawa Kuno yang paling berkembang dengan kualitas terbaik. Berikut 10 peninggalan Kerajaan Kediri yang penuh sejarah.
Prasasti Sirah Keting merupakan salah satu prasasti peninggalan Kerajaan Kediri yang diperkirakan dibangun sekitar tahun 1126 Saka atau 1204 Masehi. Prasasti berbentuk persegi panjang ini dengan aksara Jawa Kuno ditemukan di daerah Ponorogo, Jawa Timur. Prasasti Sirah Keting menyebutkan kisah Sri Jayawarsa Digjaya Sastraprabhu yang menghadiahi rakyatnya tanah dan mengaku sebagai cucu dari Dharmawangsa Teguh, penguasa terakhir Kerajaan Medang.
Sri Jayawarsa Digjaya Sastraprabhu diketahui merupakan seorang raja yang memiliki kekuasaan otonom (terpisah) dari Kerajaan Kediri, yang berada di sekitar Madiun dan Ponorogo, Jawa Timur (sekarang). Masih dalam prasasti yang sama, disebutkan bahwa adanya pembagian tahta kerajaan yang diperoleh dari buyutnya sehingga kerajaannya terpisah dari Kerajaan Kediri. Sri Jayawarsa Digjaya Sastraprabhu berkuasa bersamaan dengan Raja Kameswara (1184-1194) raja dari Kerajaan Kediri meskipun kekuasaannya tidak sebesar Kerajaan Kediri.
Prasasti Talan terletak di Dusun Gurit, Kelurahan Babadan, Kecamatan Wlingi, Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Prasasti yang berangka penanggalan 1136 Masehi ini ditulis dengan aksara Jawa Kuno yang dipahat pada batu berukuran cukup besar dengan 50 baris tulisan. Prasasti Talan menceritakan anugerah sima (tanah bebas pajak) yang diberikan kepada Desa Talan dan membebaskannya dari iuran pajak.
Prasasti ini dikeluarkan oleh Raja Jayabaya yang mengabulkan permintaan warga Talan karena kesetiaan mereka pada Raja serta menambah anugerah lain dengan memberikan beberapa anugerah hak istimewa.
Prasasti Hantang atau biasa dikenal juga dengan Prasasti Ngantang merupakan salah satu peninggalan Kerajaan Kediri dari abad ke-12 Masehi. Prasasti ini dikeluarkan oleh Raja Jayabaya yang terlihat dari semboyan yang tertulis pada prasasti tersebut yang berbunyi “Pangjalu Jayati’’ atau Panjalu (Kerajaan Kediri) menang. Semboyan tersebut merupakan pernyataan kemenangan Kerajaan Panjalu atau Kerajaan Jenggala mengingat kedua kerajaan ini melakukan perang saudara hingga puluhan tahun.
Prasasti ini berisi pemberian anugerah Raja Jayabaya berupa hak-hak istimewa termasuk bebas pajak kepada Desa Ngantang dan 12 desa lainnya yang telah setia mengabdi pada Kerajaan Kediri pada masa peperangan melawan Kerajaan Jenggala. Kendati demikian, tidak semua isi dari prasasti ini dapat dibaca lantaran aus dimakan usia. Kini, Prasasti Hantang disimpan di Museum Nasional Indonesia di Jakarta.
Candi Penataran merupakan salah satu peninggalan Kerajaan Kediri yang kini menjadi tempat wisata di Desa Penataran, Kecamatan Nglegok, di sebelah utara Blitar. Kompleks candi ini merupakan kompleks candi terbesar di Jawa Timur dan telah dibangun sejak awal abad ke-12 Masehi di bawah pemerintahan Raja Srengga.
Menariknya, candi ini dibangun sejak zaman Kerajaan Kediri tetapi masih dipergunakan sampai Kerajaan Majapahit. Selain menawarkan keindahan relief Ramayana dan Kresnayana, pemerintah setempat juga membangun fasilitas wisata lain seperti permandian yang letaknya tidak jauh dari kawasan Candi Penataran. Kamu juga bisa menikmati pemandangan hijau pohon-pohon di sekitar candi dan membeli oleh-oleh di kios-kios sekitar kawasan tersebut.
Candi Tondowongso pertama kali ditemukan sekitar tahun 2006 yang diawali dengan penemuan sejumlah arca oleh pengrajin batu bata setempat. Candi ini ditemukan di Dusun Tondowongso, Desa Gayam, Kecamatan Gurah, Kabupaten Blitar. Lokasi ditemukannya candi ini dikenal sebagai situs Tondowongso yang juga sebagai lokasi penemuan sejumlah benda peninggalan Kediri yang lain seperti Durga, Nandi Brahma, Lingga, Arca Dewa Siwa Catur Muka hingga Arca Agastya. Situs Tondowongso termasuk candi Tondowongso diperkirakan dibangun pada abad ke-11 Masehi atau awal berdirinya Kerajaan Kediri. Candi Tondowongso diduga terus eksis hingga masa kerajaan Kediri di bawah pimpinan Raja Kertajaya (1222 Masehi).
Kakawin Bharatayudha merupakan salah satu warisan tulis dari Raja Jayabaya pada zaman Kerajaan Kediri. Kitab Kakawin Bharatayudha ditulis oleh Mpu Sedah lalu dirampungkan hingga selesai Mpu Panuluh pada 6 November 1157 M. Pada masa itu, kesusastraan Jawa Kuno berkembang sehingga pemerintahan Kerajaan Kediri dikenal sebagai zaman keemasan Jawa Kuno lantaran menghasilkan kakawin yang berkualitas tinggi. Keberadaan Kakawin Bharatayudha ini dinilai sebagai bagian dari sejarah Jawa Indonesia yang menampilkan realita kehidupan Raja Jayabaya. Selain itu, isi kitab ini juga menceritakan kembali penggalan kisah dari Kitab Mahabharata tentang perang keluarga antara Kaum Pandawa dan Kurawa yang masih keturunan dari Bharata dikenal sebagai Perang Baratayudha.
Selain Kakawin Bharatayudha, terdapat kitab lain yang menjadi peninggalan Kerajaan Kediri. Adalah Kresnayana berupa karya sastra Jawa Kuno yang ditulis oleh Mpu Triguna pada masa pemerintahan Raja Jayawarsa pada tahun 1104 hingga 1115 Masehi. Kitab ini menceritakan perkawinan antara Kresna dan Dewi Rukmini termasuk penculikan Dewi Rukmini yang membuat murka Prabu Bismaka.
Candi Gurah Kediri merupakan candi peninggalan Kerajaan Kediri yang letaknya tak jauh dari situs Tondowongso. Candi ini pertama kali ditemukan pada akhir tahun 1950-an. Temuan candi ini diketahui setelah berhasil melakukan ekskavasi dan menemukan adanya candi induk dan tiga candi perwara termasuk sejumlah arca dan fragmen prasasti. Tidak diketahui kapan candi ini dibangun akan tetapi candi ini dipercaya masih memiliki keterikatan dengan candi yang berada di situs Tondowongso.
Hotel dekat Candi Gurah Kediri
Pesan di Traveloka
Lihat Harga
Prasasti Jaring terletak di Dukuh Jaring, Kecamatan Sutojayan, Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Prasasti ini dibuat pada masa pemerintahan Raja Sri Gandra (1181-1184 M) yang berisi tentang peresmian sima atau daerah otonom di bawah kerajaan yang dibebaskan atas pajak.
Peresmian sima tersebut diberikan kepada Desa Jaring yang telah dijanjikan oleh ayahnya sekaligus raja sebelumnya, Raja Sri Aryeswara (1169-1181 M). Selain itu, terdapat tulisan yang menyebutkan nama-nama hewan untuk menunjukkan tinggi rendahnya pangkat seseorang dalam istana seperti Menjangan Puguh, Lembu Agra, Kebo Waruga, Tikus Jinada, dan Macan Kuning. Tradisi ini kemudian diteruskan setelah Kerajaan Kediri runtuh oleh Kerajaan Singasari dan Kerajaan Majapahit.
Kitab Sumanasantaka merupakan puisi epik peninggalan Kerajaan Kediri dalam bahasa Jawa Kuno yang ditulis oleh Mpu Monaguna pada abad ke-11 Masehi. Mpu Monaguna merupakan salah satu pujangga Kediri yang hidup pada masa pemerintahan Prabu Warsajaya. Kitab yang memiliki panjang lebih dari seribu seratus bait ini menceritakan lahirnya Dasarata, ayah dari Rama di Ayodya dimulai dengan bait pemujaan, narasi hingga diakhiri epilog.
Baca juga: 8 Destinasi Wisata di Kediri Terpopuler
Buat kamu yang sedang berlibur atau berniat liburan, pesan hotel untuk liburan jauh lebih mudah hanya di Traveloka. Berbagai pilihan hotel terbaik dengan opsi payment yang mudah ada di Traveloka. Kini, pesan hotel semakin praktis dengan berbagai pilihan promo Traveloka yang menarik dengan kode kupon Traveloka dan promo bank seperti promo BCA.
Nah, itu dia 10 peninggalan Kerajaan Kediri yang bersejarah. Buat kamu yang ingin berlibur di Blitar dan tertarik mengunjungi wisata Candi Penataran, kamu bisa pesan tiket akomodasi apapun di Traveloka seperti tiket pesawat, kereta api, bus, hingga tiket travel & shuttle jauh lebih mudah dan praktis.
Hotel di Kediri
Pesan Hotel di Travelo...
Lihat Harga