Mas Bellboy
06 Mar 2024 - 4 min read
Papua menyimpan kekayaan budaya yang begitu dalam, terutama dalam hal permainan tradisional Papua. Di tengah maraknya modernisasi, permainan tradisional Papua terus menjadi bagian penting dari warisan budaya yang diturunkan lewat generasi ke generasi. Orang-orang zaman dulu pastinya tumbuh dengan merasakan bermain permainan tradisional.
Bagi kita yang besar di luar Papua, permainan tradisional Papua tentu terdengar asing dan baru. Namun, banyak permainan di sana yang cara bermainnya sama dengan permainan di Jawa. Hanya berbeda nama dan beberapa aturan, lho.
Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi sepuluh permainan tradisional Papua yang khas dan erat dengan alam. Let’s check it out!
Shutterstock.com
Permainan tradisional Papua yang akan dibahas pertama, yaitu Ampakeari, tercatat sebagai salah satu warisan budaya tak benda di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia. Ampakeari adalah nama buah yang bisa ditemukan di rawa-rawa dari Kabupaten Yapen-Waropen atau sering disebut juga buah mange-mange. Permainan ini biasanya dimainkan untuk menidurkan anak-anak.
Umumnya, Ampakeari dimainkan oleh perempuan bisa anak-anak hingga orang dewasa berjumlah 2-6 orang. Pemain hanya memerlukan buah mange-mange, tiang dari potongan kayu, dan oinai yang berbentuk piring besar dari kayu.
Cara bermainnya semua pemain membawa anak yang belum tidur ke Ampakeari. Kemudian, Ampakeari diputarkan di oinai. Jika Ampakeari jatuh, tidak bisa berputar, atau anak tidak bisa dibuat tertidur, pemain tersebut dianggap kalah.
Kayu Malele hampir mirip dengan permainan Patil Lele yang berasal dari Jawa. Permainan tradisional Kayu Malele dimulai dari Kabupaten Biak Numfor. Dalam permainan ini, para peserta harus memanfaatkan dua kayu berbeda panjang sebagai alat utama. Kayu-kayu tersebut kemudian disusun dan dilempar oleh pemain.
Ada dua tim yang bermain dengan jumlah sekitar 3-5 orang, yaitu tim pelempar dan penangkap. Cara bermainnya kayu sepanjang 50 cm digunakan untuk melempar kayu sepanjang 20 cm yang diletakkan di atas lubang. Lalu, kayu yang dilempar harus ditangkap oleh lawan sebelum mengenai tanah. Jika tidak berhasil, maka tim pelempar masih bisa bermain dan mencetak poin.
Baca juga: Mencicipi Ragam Kuliner Khas Papua
Yesecha Asya memadukan unsur ketepatan dan ketangkasan. Permainan tradisional Papua ini umumnya dimainkan oleh anak-anak muda secara beramai-ramai dengan bergantian. Nama lain permainan ini adalah Puradan. Untuk bermain, peralatan yang dibutuhkan hanya tali rotan yang dibentuk lingkaran dan kayu buah yang dibuat runcing.
Rotan yang sudah dibentuk lingkaran akan digelindingkan dengan kecepatan sedang. Saat rotan berputar di atas tanah, pemain harus melempar kayu mereka hingga mengenai sasaran. Orang yang berhasil memasukkan kayunya ke rotan atau asya, dia yang menjadi pemenangnya. Permainan ini digemari karena melatih kecepatan dan ketepatan dalam menembak target.
Berikutnya ada permainan Korkouria yang berkaitan dengan ayunan milik etnis Baham dari Provinsi Papua Barat. Permainan ini melibatkan tumbuhan menjalar yang ada di pohon untuk berayun-ayun. Korkouria biasa dimainkan anak-anak dari laki-laki hingga perempuan. Pemain dilatih untuk berani dan gesit saat berayun.
Cara bermainnya sangat mudah. Kalian hanya perlu mencari tumbuhan menjalar di tebing dekat laut atau sungai. Ciri khas Korkouria memang dimainkan di tempat yang cukup berbahaya agar semakin menantang. Jika tali putus saat berayun, pemain bisa terjun bebas ke dalam air.
Shutterstock.com
Pampampum menjadi permainan tradisional Papua yang pernah dilombakan pada Lintas Khatulistiwa Pemuda 2014. Di sana, Pampampum berhasil meraih MURI karena menjadi olahraga tradisional dengan peserta terbanyak. Pampampum sendiri berasal dari Raja Ampat. Biasanya permainan ini dilakukan oleh dua tim baik perempuan maupun laki-laki.
Cara bermainnya cukup mudah, tapi kerjasama tim dan keseimbangan sangat dibutuhkan dalam Pampampum. Permainan ini dilaksanakan di laut dangkal. Pemain saling berpasangan dengan satu digendong di atas pundak. Kemudian, mereka harus bisa menyerang lawan hingga jatuh dari gendongan temannya.
Name Aret seringkali dimainkan oleh anak laki-laki yang hendak menginjak remaja. Permainan ini berasal dari Ayamaru, Provinsi Papua Barat. Name Aret digunakan untuk melatih anak laki-laki berburu di hutan sehingga permainan ini mengajarkan berbagai gerakan yang benar untuk melempar tombak.
Anak laki-laki harus mempersiapkan tongkat kayu dan sebuah pohon untuk bermain. Tongkat kayu sepanjang 1,5 meter hingga 2 meter akan dilempar ke batang pohon. Jarak antara pemain dan sasaran adalah 10 meter sehingga mereka harus berkonsentrasi agar bisa mengenai target. Pemenang ditentukan dari tombak kayu yang paling banyak menancap di pohon.
Talo Sibye Bien masuk ke dalam 13 Kekayaan Intelektual Komunal di Wilayah Sorong. KIK yang telah dicatat di Kemenkumham ini menjadi bentuk ekspresi budaya tradisional milik Papua. Talo Sibye Bien atau bermain tali biasa dimainkan anak-anak didampingi orang tua mereka.
Permainan ini melibatkan kelincahan dan kekreatifan anak-anak dalam membentuk tali di tangannya. Orang tua akan duduk di belakang anaknya yang sibuk memasukkan jari-jari tangan ke celah tali. Kemudian, tali akan membentuk motif tertentu seperti bentuk kapak (temak), anting-anting (kin), dan lain-lain.
Kweritop adalah permainan tradisional Papua yang menggunakan tali sebagai alat bermain. Setiap daerah punya nama masing-masing untuk permainan Kweritop seperti kekenaya, jenjong, dan kokenop. Orang Wambon menyebutnya Kweritop dan seringkali dimainkan oleh remaja laki-laki atau perempuan.
Tali yang digunakan berasal dari serat kulit kayu Melinjo atau genemo. Kweritop dulunya dimainkan saat acara pemakaman/kedukaan dan berubah menjadi permainan di kala senggang. Dua pemain saling berhadapan lalu menebak bentuk apa yang dibuat lawannya. Selain itu, mereka juga bisa membentuk satu motif dan dilihat siapa yang paling cepat selesai.
Patah Kaleng hampir mirip seperti bermain sepak bola. Bedanya, patah kaleng atau boinas tidak memiliki gawang atau kiper di dalamnya. Permainan tradisional Papua ini kerap kali dimainkan oleh anak-anak dengan jumlah sekitar 5 orang atau lebih di setiap tim. Patah kaleng masih sering dimainkan karena seru dan melibatkan banyak orang.
Cara bermainnya dengan menendang bola kecil ke arah tumpukan kaleng milik lawan. Jika berhasil menjatuhkan tumpukannya, pemain dianggap mendapat satu skor. Saking serunya, patah kaleng bisa dimainkan berjam-jam hingga kedua tim kelelahan.
Shutterstock.com
Hawam menjadi permainan tradisional Papua yang melibatkan ketangkasan dan ketepatan pemuda Papua. Hawam bisa juga disebut lempar lembing khas etnis Baham, Provinsi Papua Barat. Hawam dimainkan untuk melatih anak laki-laki berburu nantinya.
Anak laki-laki berkumpul di lapangan luas dan menentukan objek yang akan dibuat lempar lembing. Biasanya berupa batang pohon pisang atau hewan buruan. Kemudian, mereka akan berlomba mengenai sasaran dengan memakai tombak sepanjang dua meter yang sudah diruncingkan.
Permainan tradisional Papua menjadi hiburan dan representasi dari kekayaan budaya dan kearifan lokal. Setiap permainan mencerminkan nilai-nilai positif dan keunikan Papua. Dengan menjaga dan menurunkan permainan tradisional ini, kita menjadikan warisan budaya tetap hidup serta memberikan kesempatan bagi generasi muda untuk merasakan kegembiraan dan keceriaan yang diwariskan oleh para leluhur.
Yuk, siapakan akomodasi dan tiket perjalanan kamu di Traveloka. Ada banyak pilihan hotel, pesawat, dan kereta api dengan berbagai promo menarik di Traveloka. Kamu bisa booking hotel dan tiket lainnya dengan pembayaran yang fleksibel. Yuk, pesan sekarang.
Cari Hotel dengan promo Traveloka