Kenal Lebih Dekat dengan Budaya Suku Asmat yang Mendunia

Anna Cendana
13 May 2022 - 5 min read

Suku Asmat merupakan salah satu suku asli dari Papua yang mendiami sisi laut Arafuru hingga pegunungan Jayawijaya. Suku ini hampir di seluruh dunia karena memiliki budaya yang unik. Tidak heran para wisatawan rela datang ke Papua untuk menyaksikan langsung keindahan budaya Asmat. Nah berikut deretan budaya suku Asmat yang wajib kamu ketahui.

Suku Asmat merupakan salah satu suku asli dari Papua yang mendiami sisi laut Arafuru hingga pegunungan Jayawijaya. Suku ini hampir di seluruh dunia karena memiliki budaya yang unik. Tidak heran para wisatawan rela datang ke Papua untuk menyaksikan langsung keindahan budaya Asmat. Nah berikut deretan budaya suku Asmat yang wajib Kamu ketahui.

1. Tari Tibe

Tari Tibe merupakan tarian khas Suku Asmat yang juga dikenal sebagai tari perang. Tarian ini dulunya dilakukan untuk menambah semangat prajurit ketika ada perintah untuk berperang. Seiring perkembangannya, tari Tibe mulai digunakan untuk menyambut tamu sebagai bentuk penghargaan.

Tarian dilakukan oleh 16 orang penari laki-laki didampingi 2 orang penari perempuan. Para penari melakukan gerakan diiringi oleh irama tifa. Karena dimaksudkan untuk memberi semangat, tari ini memiliki tempo yang cepat. Saat pentas, para penari mengenakan manik-manik di area dada, rok dari akar bahar, serta daun yang diselipkan di beberapa bagian tubuh.

2. Jew

Suku Asmat memiliki rumah adat sendiri yang disebut sebagai Jew. Menurut bahasa Asmat, Jew merupakan bentuk atma (roh) yang membangkitkan keinginan manusia untuk menyatu dalam kehidupan masyarakat.

Rumah Jew juga dikena sebagi Rumah Bujang karena mayoritas yang tinggal dalam rumah ini adalah lelaki bujang atau belum menikah. Meskipun demikian, Rumah Jew juga dapat difungsikan sebagai lokasi berkumpul para pemuka adat suku Asmat.

Rumah Jew dianggap sebagai rumah adat yang sakral. Karena dalam proses pembangunannya harus mengikuti aturan tertentu. Misalnya harus menghadap ke arah matahari terbit dan rumah tersebut harus diisi dengan benda-benda keramat.

Atap dan dinding rumah Jew terbuat dari daun nipah dan sagu. Sementara jenis kayu untuk pondasi bangunan adalah kayu besi. Uniknya rumah Jew tidak dibangun dengan bantuan paku besi sama sekali. Untuk menyambung setiap material kayu, digunakan tali dan akar rotan sebagai.

3. Tradisi ukiran

Budaya suku Asmat yang sangat terkenal adalah tradisi mengukir. Bahkan keindahan buah tangan mereka sudah diakui sampai ke mancanegara. Hingga saat ini, suku Asmat percaya keahlian mengukir yang mereka miliki berasal dari salah satu dewa bernama Fumeripitsy yang turun ke bumi.

Sang dewa berpetualang mengelingi dunia dan harus berhadapan dengan seekor buaya raksasa. Meskipun berhasil menang mengalahkan buaya, Fumeripitsy terluka parah. Ia kemudian terdampar di sebuah tepian sungai dan akhirnya ditolong oleh seekor burung Flaminggo berhati mulia.

Setelah sembuh, sang Dewa menetap di wilayah tersebut. Ia membuat rumah dan mengukir dua buah patung nan indah. Ia juga membuat sebuah genderang yang mengeluarkan bunyi nyaring sehingga bisa membuatnya terus menari.

Gerak tari sang Dewa yang energik tersebut akhirnya membuat kedua patung yang ia ukir hidup. Kedua patung ini merupakan pasangan manusia pertama dan dipercaya merupakan nenek moyang suku Asmat. Mitos ini membuat orang Asmat tetap percaya bahwa merupakan titisan dewa.

Alat untuk membuat ukiran suku Asmat merupakan alat khusus yang terbuat dari palu kayu dengan ujung logam. Karena itu, tidak heran ukiran mereka sangat rapi meskipun memiliki detil yang rumit. Motif yang dibuat oleh para pengukir kerap berhubungan dengan alam, hewan serta gambaran aktivitas sehari-hari yang dilakukan orang Asmat.

Salah satu benda ukiran suku Asmat yang populer adalah panel hiasan dinding. Benda ini kerap dibeli wisatawan sebagai buah tangan, di mana harga jualnya mulai dari Rp 200.000.

Selain panel, ukiran lain yang terkenal adalah Patung Bis (leluhur) dan Totem. Dalam pembuatannya, digunakan satu batang pohon utuh dan kemudian diukir hingga menyerupai manusia yang mereka anggap sebagai leluhur.

Walaupun seni ukir merupakan keahlian yang dimiliki oleh suku Asmat, tapi tak semua orang Asmat bisa menjadi seorang pengukir. Dulunya keahlian ini diturunkan antar generasi, maka bagi yang tidak memiliki darah pengukir biasanya tidak memiliki keahlian tersebut. Namun sekarang, kemampuan mengukir dipelajari secara khusus. Biasanya yang menjadi pengukir adalah seorang pria. Tak hanya meneruskan tradisi saja, namun profesi ini sudah dijadikan mata pencaharian.

4. Ritual kematian

Seperti halnya semua suku tradisional di Indonesia, suku Asmat juga memiliki ritual kematian. Namun difinisi kematian oleh suku Asmat cukup unik, karena mereka percaya kematian bila tidak mati dibunuh atau karena usia tua, maka penyebabnya adalah gangguan roh jahat dan sihir.

Sementara bila bayi yang baru lahir meninggal, masyarakat setempat tak terlalu larut dalam kesedihan karena dipercaya roh sang bayi akan segera kembali ke alam roh.

Ketika ada seseorang di dalam kampung yang sakit, ia akan dipagari dengan dahan pohon nipah. Pagar ini dibuat agar roh jahat tidak bisa mendekati orang yang sakit.

Meskipun sudah dipagari dengan daun nipah, orang sakit ini tetap diberikan makanan dan obat. Ketika akhirnya ia meninggal, maka kerabatnya akan berebutan memeluk mayat lalu keluar menggulingkan badan di lumpur sebagai tanda dukacita.

Jenazah orang yang wafat kemudian diletakkan di atas anyaman bambu (para) yang diletakan di luar kampung. Kemudian, jenazah tersebut dibiarkan membusuk secara alami. Tulang-tulangnya kemudian akan disimpan di atas pokok-pokok kayu.

Sementara, tengkoraknya akan dijadikan bantal oleh kerabat sebagai tanda sayang kepada yang meninggal. Ada juga yang meletakkan mayat di atas perahu lesung dan dialirkan ke laut dengan bekal sagu. Mayat tersebut dipercaya akan hanyut menuju dunia roh.

5. Upacara Tsyimbu

Budaya suku Asmat berikutnya adalah Tsyimbu. Ini merupakan upacara pembuatan dan pengukuhan rumah lesung. Lesung merupakan perahu khas suku Asmat yang dibuat menggunakan satu batang pohon ketapang atau bintanggur berukuran utuh. Kulit batang pohon kemudian dikupas dan dibentuk seperti perahu.

Bila perahu sudah selesai dikerjakan, maka akan dilakukan upacara Tsyimbu.

Upacara ini biasanya dilakukan setiap lima tahun sekali. Untuk memulai upacara ini, perahu akan dicat dengan warna merah dan diselingi warna putih. Sedangkan bagian dalamnya hanya dipulas warna putih. Beberapa pemilik perahu juga menghias perahunya dengan ornamen ukiran. Motif yang digunakan bisa beragam, mulai dari gambar bintang, tumbuhan atau keluarga yang telah meninggal. Setelah itu, lesung akan dihiasi dengan sagu.

Sebelum digunakan, para keluarga akan berkumpul di rumah orang yang paling berpengaruh di kampung tersebut yakni kepala suku atau kepala adat. Para pendayung yang akan berpartisipasi dalam ritual juga akan dihias dengan cat berwarna merah dan putih serta bulu-bulu burung. Meskipun suasana upacara akan berlangsung meriah, namun ada juga yang menangis mengenang kerabat yang telah tiada.

Demikianlah 5 budaya suku Asmat yang wajib kamu ketahui. Selain kaya akan budaya, papua juga menawarkan keindahan alam yang tiada tara sehingga merupakan destinasi wisata favorit di Indonesia.Bila Anda tertarik berkunjung ke Papua dan mengenal lebih dekat budaya suku Asmat yang mendunia, segera pesan tiket pesawat dan hotel di Traveloka.

Berpengalaman sebagai penyedia akomodasi terpercaya, Traveloka akan memberikan rekomendasi dengan penawaran harga terbaik. Segera booking tiket dan hotel untuk merasakan pengalaman liburan tak terlupakan di tanah Papua.

Hotel
Tiket Pesawat
Things to Do
Selalu Tahu Kabar Terbaru
Dapatkan berbagai rekomendasi travel & gaya hidup serta info promo terkini dengan berlangganan newsletter kami.
Langganan