Kerajaan Tarumanegara adalah kerajaan Hindu yang didirikan oleh Maharaja Jayasingawarman pada tahun 358 M, dan mencapai puncak kejayaannya di bawah kepemimpinan Raja Purnawarman. Kerajaan ini menguasai wilayah barat Pulau Jawa pada abad ke-4 hingga abad ke-7 Masehi.
Kerajaan Tarumanegara berada di Banten dan Jawa Barat, dengan wilayah kekuasaan meliputi Banten, Bogor, hingga Cirebon. Sementara pusatnya berada di tepi Sungai Cisadane, yang kini menjadi wilayah Banten.
Sebagai kerajaan Hindu yang berpengaruh, Tarumanegara meninggalkan berbagai prasasti yang menjadi bukti sejarah keberadaannya. Prasasti-prasasti ini tidak hanya memiliki nilai sejarah yang tinggi tetapi juga berpotensi menjadi destinasi wisata edukatif bagi para wisatawan yang ingin memahami lebih dalam tentang sejarah Indonesia.
Berikut adalah 7 prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanegara yang wajib dikunjungi untuk wisata sejarah kalian!
Prasasti Ciaruteun merupakan salah satu peninggalan bersejarah dari Kerajaan Tarumanegara yang ditemukan di tepi Sungai Ciaruteun, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Keberadaannya pertama kali dilaporkan oleh peneliti Belanda pada abad ke-19.
Isi prasasti ini menyebutkan nama Raja Purnawarman, raja terbesar Kerajaan Tarumanegara, yang jejak kakinya diabadikan dalam pahatan pada batu tersebut. Prasasti ini memuat tulisan dalam bentuk puisi yang menyatakan bahwa jejak kaki tersebut milik Raja Purnawarman dan disamakan dengan jejak kaki Dewa Wisnu.
Keistimewaan dari Prasasti Ciaruteun tidak hanya terletak pada teksnya, tetapi juga pada ukiran jejak kaki yang menjadi tanda legitimasi kekuasaan raja. Tak hanya itu, prasasti ini juga jadi salah satu bukti pengaruh agama Hindu pada abad ke-5 Masehi di wilayah Nusantara.
Saat ini, Prasasti Ciaruteun disimpan di situs aslinya di kawasan Ciaruteun Ilir, Bogor, dan telah dijadikan sebagai salah satu situs sejarah yang dilindungi. Wisatawan yang berkunjung ke lokasi ini dapat melihat langsung prasasti bersejarah ini serta menikmati keindahan alam di sekitarnya.
Hanya berjarak 100 meter dari Prasasti Ciaruteun, ada Prasasti Kebon Kopi 1 yang juga merupakan peninggalan Kerajaan Tarumanegara. Prasasti ini disebut Prasasti Kebon Kopi karena lokasinya berada di tengah area perkebunan kopi. Prasasti ini berada di Desa Ciaruteun Ilir, Cibungbulang, Kabupaten Bogor.
Prasasti ini dipahat pada batu besar dengan menggunakan aksara Pallawa dan bahasa Sanskerta untuk penulisannya. Salah satu hal yang membuat prasasti ini unik adalah adanya pahatan sepasang telapak kaki gajah yang diyakini sebagai simbol dari Airawata, gajah tunggangan Dewa Indra dalam mitologi Hindu.
Banyak yang menduga bahwa prasasti ini dibuat pada zaman pemerintahan Raja Purnawarman, raja terbesar dalam sejarah Kerajaan Tarumanegara. Keberadaan telapak kaki gajah dalam prasasti ini dipercaya melambangkan kekuatan dan kejayaan kerajaan, serta menunjukkan hubungan erat antara Purnawarman dengan ajaran Hindu. Di dalam prasasti terdapat tulisan yang berbunyi, "inilah tanda dua kaki gajah penguasa taruma yang cemerlang dan mulia", yang menunjukkan kebesaran raja pada masanya.
Selain menjadi bukti keberadaan Kerajaan Tarumanegara, prasasti ini juga memperlihatkan sejarah masuk dan berkembangnya pengaruh budaya India di Nusantara, terutama pada sistem kepercayaan dan simbol-simbol kekuasaan raja.
Prasasti Jambu merupakan salah satu peninggalan penting dari Kerajaan Tarumanegara yang ditemukan di Parakan Muncang, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Prasasti ini ditulis dalam aksara Pallawa dan bahasa Sanskerta, dipahat pada batu besar yang terletak di daerah dengan ketinggian sekitar 600 meter di atas permukaan laut.
Dalam prasastinya disebutkan perihal kebesaran Raja Purnawarman, yang dideskripsikan sebagai pemimpin yang gagah berani dan melindungi semua rakyat. Tulisan dalam prasasti menyatakan bahwa raja memiliki keberanian seperti seekor singa dan selalu memberikan perlindungan kepada rakyatnya. Karena hal itulah sosok Purnawarman dipandang oleh rakyatnya sebagai raja yang kuat, berwibawa, dan punya pengaruh besar di daerah kekuasaannya.
Dilihat dari sisi sejarah, Prasasti Jambu jadi salah satu bukti bahwa di abad ke-5 Masehi, Kerajaan Tarumanegara memiliki sistem pemerintahan yang kuat dan wilayah kekuasaan yang luas. Prasasti ini juga menunjukkan pengaruh budaya Hindu yang berkembang di Nusantara pada masa itu, terutama dalam hal konsep kepemimpinan yang dikaitkan dengan dewa-dewa Hindu.
Prasasti Tugu adalah salah satu prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanegara yang memiliki nilai sejarah penting. Prasasti ini ditemukan di Kampung Tugu, Kecamatan Koja, Jakarta Utara, dan diperkirakan berasal dari abad ke-5 Masehi. Ditulis dalam bahasa Sanskerta dan aksara Pallawa, prasasti ini berkisah tentang deretan proyek besar Raja Purnawarman, terlebih yang berhubungan dengan pembangunan infrastruktur pengairan.
Secara spesifik, Prasasti Tugu mencatat tentang penggalian Sungai Candrabaga dan Sungai Gomati. Prasasti ini juga memberikan petunjuk mengenai luasnya wilayah kekuasaan Tarumanegara, serta tingkat peradaban yang telah dicapai pada masa itu.
Prasasti Tugu termasuk benda sejarah yang unik karena merupakan prasasti terpanjang yang ditinggalkan oleh Kerajaan Tarumanegara. Selain itu, prasasti ini juga memberikan informasi mengenai sistem penanggalan yang digunakan pada masa itu. Saat ini, Prasasti Tugu disimpan dan dirawat di Museum Nasional, Jakarta.
Prasasti Pasir Awi adalah satu dari beberapa peninggalan Kerajaan Tarumanegara yang ditemukan di kawasan perbukitan di hutan perbukitan Cipamingkis, Jonggol, Bogor. Prasasti ini pertama kali ditemukan pada tahun 1991, menjadikannya salah satu prasasti Tarumanegara yang ditemukan relatif baru.
Prasasti ini dipahat di atas batu besar menggunakan huruf ikal, tetapi hingga kini isi tulisannya masih sulit diinterpretasikan karena tidak sejelas prasasti lainnya dari Tarumanegara. Meskipun isi tulisannya belum sepenuhnya terbaca, keberadaan prasasti ini menunjukkan bahwa daerah tersebut mungkin pernah menjadi bagian penting dari jaringan administratif atau keagamaan kerajaan.
Sebagai destinasi wisata, Prasasti Pasir Awi menawarkan keunikan tersendiri. Jalur menuju prasasti melewati hutan yang masih asri, sehingga wisatawan bisa sekalian menikmati keindahan alam selama perjalanan. Selain melihat prasasti, wisatawan juga dapat menikmati pemandangan perbukitan yang indah dari atas bukit. Keasrian lingkungan di sekitar Prasasti Pasir Awi pun menjadikannya sebagai destinasi wisata yang tidak hanya memiliki nilai sejarah, tetapi juga pengalaman eksplorasi alam yang menyegarkan.
Peninggalan bersejarah dari Kerajaan Tarumanegara yang ditemukan di daerah Bogor, Jawa Barat, berikutnya adalah Prasasti Muara Cianten. Prasasti ini dipahat di atas batu alam besar dan menggunakan aksara Pallawa, tetapi berbeda dari prasasti lainnya, karena tulisannya sulit dibaca dan hingga kini belum sepenuhnya terpecahkan. Selain tulisan, prasasti ini juga memiliki ukiran berbentuk jejak kaki manusia, yang diyakini sebagai simbol kekuasaan raja atas wilayah tersebut.
Uniknya, Prasasti Muara Cianten berada di tepi Sungai Cisadane, dekat Muara Cianten. Prasasti ini dulu dikenal dengan nama Prasasti Pasir Muara karena masuk ke wilayah Kampung Pasirmuara, kabupaten Bogor.
Sebagai destinasi wisata, Prasasti Muara Cianten memiliki daya tarik tersendiri bagi para pecinta sejarah dan petualangan alam. Letaknya yang berada di kawasan alam terbuka menjadikannya tempat yang cocok bagi mereka yang ingin menikmati perjalanan eksplorasi dengan suasana tenang dan jauh dari hiruk-pikuk perkotaan.
Kalian bisa menikmati pemandangan hijau yang masih alami, udara segar khas pegunungan, serta aliran sungai yang menambah kesejukan di sekitar lokasi. Bagi yang menyukai fotografi, tempat ini juga menawarkan berbagai spot menarik, mulai dari bebatuan alami hingga lanskap perbukitan yang memanjakan mata.
Di tepi Sungai Cidanghiang, Kabupaten Pandeglang, Banten, juga ditemukan satu peninggalan dari Kerajaan Tarumanegara, yaitu Prasasti Cidanghiang. Sama seperti beberapa prasasti lainnya, prasasti ini dipahat pada batu besar dan menggunakan aksara Pallawa serta bahasa Sanskerta. Di dalamnya bertuliskan dengan singkat bahwa Raja Purnawarman adalah penguasa yang gagah berani dan bijaksana, serta menjadi pelindung rakyatnya.
Secara historis, Prasasti Cidanghiang menjadi bukti eksistensi Kerajaan Tarumanegara di wilayah Banten pada abad ke-5 Masehi. Keberadaan prasasti ini menunjukkan bahwa pengaruh Purnawarman tidak hanya terbatas di wilayah Bogor dan Jakarta, tetapi juga meluas hingga ke bagian barat Pulau Jawa.
Sebagai destinasi wisata, Prasasti Cidanghiang menawarkan daya tarik tersendiri bagi para pengunjung yang tertarik dengan sejarah dan budaya. Lokasinya yang berada di tepi Sungai Cidanghiang memberikan suasana alami yang menenangkan. Nikmati suara aliran sungai yang jernih dan udara segar sambil memanjakan mata dengan pemandangan yang asri. Selain nilai sejarahnya, kawasan di sekitar Prasasti Cidanghiang juga memiliki potensi wisata alam yang menarik.
Selain bermain air, wisatawan yang suka fotografi juga akan menemukan banyak spot menarik di sekitar prasasti ini, mulai dari batuan sungai yang unik hingga pemandangan hijau yang luas.
Untuk yang ingin mencoba wisata sejarah dan mengunjungi berbagai prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanegara, segera persiapkan rencana liburan kalian. Mulai dengan pesan hotel untuk liburan di Traveloka.
Selain itu, ada banyak promo menarik yang bisa dimanfaatkan, mulai dari promo tiket pesawat, kereta api, bus, hingga tiket travel & shuttle. Gunakan juga kode kupon Traveloka dan promo bank, seperti promo BCA saat membeli tiket akomodasi agar mendapatkan harga terbaik. Segera buat daftarnya dari sekarang!
Hotel di Cirebon
Pesan Hotel di Travelo...
Lihat Harga