Beralih ke wilayah timur Indonesia, ternyata rumah adat Nusa Tenggara Timur (NTT) juga punya ciri khas unik yang akan membuat kamu kagum! Bentuk dan rupanya yang berbeda-beda ternyata berangkat dari kebiasaan dan kebutuhan masing-masing suku di sana. Ada suku Ende, Rote, Dawan, Belu, Antoni, Lamaholot, dan lain sebagainya.

Tak jarang, tamu mancanegara pun menaruh perhatian khusus tiap kali mengunjungi rumah adat NTT. Bisa jadi bahan untuk belajar tentang budaya masa lalu, objek fotografi, sampai dengan sekadar cuci mata. Kamu yang berencana berkunjung ke NTT bisa pelajari lebih dulu berbagai rumah adatnya supaya makin tertarik. Yuk simak selengkapnya di bawah ini.

Keberagaman suku dan budaya di NTT terbilang sangat melimpah. Dan tentu saja itu membuat rumah adatnya jadi memiliki arsitektur yang tidak hanya banyak tapi eksotis. Meski begitu, sejauh ini ada ada tiga model atap yang paling terkenal di berbagai rumah adat NTT.

Pertama ada model atap berbentuk joglo dari suku bangsa Sumba. Kedua berbentuk kerucut yang berasal dari suku adat bangsa Timor. Dan ketiga ada model berbentuk perahu terbalik dari suku bangsa Rote. Terkait fungsinya, sangat bermacam-macam, untuk rumah tinggal sehari-hari sampai dengan upacara adat.

Rumah adat di NTT cukup beragam, jika dibahas satu per satu tentunya akan cukup panjang. Kali ini hanya akan dibahas salah satu yang terkenal, bahkan di mancanegara. Yaitu rumah adat yang bernama Mbaru Niang di Waerebo, Kabupaten Manggarai, NTT. Lokasinya berada di pedalaman dan masih asli warisan nenek moyang.

Keberadaan rumah adat Mbaru Niang tidak terlepas dari nenek moyangnya warga Waerebo yang bernama Empo Maro. Aslinya ia berasal dari Minangkabau kemudian melakukan pelayaran sampai Labuan Bajo di Flores. Sempat berpindah-pindah tempat sampai akhirnya menetap di Waerebo.

Bentuk rumah Mbaru Niang di Manggarai ini masih asli dijaga dan dilestarikan oleh beberapa generasi sejak tahun 1920. Di tahun 2008, ada beberapa rumah yang rusak namun direkonstruksi ulang oleh salah satu yayasan dalam negeri. Tapi tetap, pihak yang melakukan rekonstruksi adalah warga Waerebo sehingga keasliannya tetap terjaga.

Di Waerebo ini hanya ada 7 rumah Mbaru Niang dan itu akan terus dijaga. Bahkan rumah adat ini sudah mendapatkan penghargaan dari Unesco Asia Pacific Award for Cultural Heritage Conservation di tahun 2012. Itu merupakan penghargaan tertinggi yang diberikan untuk pihak-pihak yang melestarikan warisan budaya.

Fungsi dari rumah adat NTT cukup beragam karena jenisnya pun juga banyak. Misalnya saja rumah adat bernama Ume Kbubu yang digunakan para perempuan di NTT sebagai tempat memasak atau menenun saat suaminya sedang bepergian. Contoh lainnya, ada Rumah adat Musalaki, tempat khusus untuk kepala suku atau tetua di Suku Ende Lio.

Beberapa rumah lainnya berfungsi sebagai hunian, tempat menggelar upacara adat, pernikahan, bahkan juga menunjukkan status sosial. Bahkan ada juga yang digunakan untuk menyimpan tulang belulang dari para leluhur terdahulu.

Salah satu daya tarik utama dari berbagai rumah adat NTT tentu saja terletak pada atapnya. Terbuat dari bahan-bahan yang ada di alam sehingga bentuknya terlihat sangat eksotis. Bahan yang digunakan seperti ilalang kering, lontar yang ditutup ijuk, rumbia, dan lain sebagainya.

Selain bahan baku atapnya, arsitektur dari berbagai rumah di NTT memang juga sangat unik. Bentuknya yang kerucut, mirip segitiga, atau perahu terbalik sangat eye catching sehingga mudah diingat. Warnanya juga terbilang sederhana, berasal dari bahan alam yang kering seperti cokelat atau hitam.

Ciri khas rumah adat di wilayah NTT adalah rumah panggung. Bentuknya satu jenis yang lainnya memang beda, salah satu persamaan adalah adanya tempat khusus yang digunakan untuk memberikan sesaji di berbagai momen tertentu. Bahan baku pembuatannya juga masih alami, baik dinding, lantai, sampai atap.

Secara spesifik setiap jenisnya juga punya ciri khas masing-masing. Misalnya saja rumah adat Mbaru Niang. Bentuknya unik berupa kerucut terbalik yang menjulang tinggi. Terdiri dari beberapa tingkatan yang fungsinya berbeda-beda.

Bagian dari rumah adat NTT ini secara umum ada tiga, yaitu pondasi, lantai, dan juga atap. Itu berlaku untuk berbagai jenis rumah adat. Namun untuk rumah adat Mbaru Niang, kerucutnya mempunya beberapa tingkatan yang digunakan untuk berbagai kegunaan. Mulai dari tempat tinggal, tempat menyimpan makanan, menyimpan benih, sampai simpan sesaji.

Bagi yang tertarik dengan berbagai jenis rumah adat di NTT simak ulasan berikut ini baik-baik. Karena akan diberikan mengenai penjelasan singkatnya, khususnya beberapa rumah adat NTT yang sudah populer.

1. Rumah Adat Sumba

Bentuk dari rumah adat satu ini adalah persegi panjang, tidak memiliki jendela, dan ditopang empat buah tiang. Selain itu, ciri khasnya terdapat pada plafon tinggi, membuatnya terlihat jadi sangat menarik. Fungsinya, sebagai tempat tinggal dan jadi lokasi untuk acara adat. Secara umum, rumah ini ada dua tipe yaitu Uma Bokulu dan Uma Mbatangi.

2. Rumah Adat Lopo

Jika rumah adat NTT sebelumnya digunakan sebagai tempat tinggal, tidak dengan ini. Rumah adat lopo difungsikan sebagai tempat untuk musyawarah sampai menyimpan hasil pertanian. Ciri khasnya punya atap kerucut dengan bahan utama bambu dan alang-alang, disangga dengan empat tiang. Atapnya punya sekitar 3 tingkat dengan fungsi yang berbeda.

3. Rumah Adat Ume Kbubu

Rumah adat NTT memang memiliki bentuk-bentuk yang unik. Termasuk juga dengan rumah adat umme kbubu ini. Bagaimana tidak, atapnya sendiri berbentuk bulat yang fungsi utamanya sebagai tempat tinggal masyarakat suku Dawan Di Timor. Meski atapnya bulat, namun bagian dalamnya juga dibagi menjadi beberapa ruangan.

4. Rumah Adat Mbaru Niang

Atapnya sangat tinggi, bentuknya adalah kerucut yang bisa mencapai 15 meter. Bagian dalam rumah adat ini dibagi menjadi beberapa bagian yang fungsinya bermacam-macam. Ukurannya memang besar dan difungsikan untuk tempat tinggal. Lokasinya berada di pedalaman Manggarai dan hanya ada 7 saja di dunia.

5. Rumah Adat Musalaki

Tidak kalah populer dari yang sebelumnya, ada namanya rumah adat Musalaki yang sangat umum di NTT. Bentuknya adalah segi empat dengan atap mirip layar perahu yang menjulang tinggi.

Ternyata ini merupakan rumah warisan dari suku Ende Lio yang mahir menggunakan perahu. Fungsi utamanya adalah sebagai tempat tinggal kepala suku. Selain itu bisa juga digunakan sebagai ruang untuk diskusi, menjalankan upacara adat, dan berbagai aktivitas lainnya.

Berbagai aktivitas atau upacara adat dilangsungkan di rumah adat NTT. Salah satunya adalah Upacara Adat Reba yang merupakan bentuk syukur masyarakat Ngada di Pulau Flores, NTT. Biasanya dilakukan setahun sekali dan memang sudah menjadi tradisi.

Masih di Pulau Flores juga mengadakan Tradisi We’e Mbaru, sebuah ritual sebelum menempati rumah baru di sekitaran Manggarai. Bisa juga sebagai upacara syukuran setelah panen, nama adatnya adalah Upacara Adat Ala Baloe atau Makan Padi Baru di Kab. Alor, NTT.

Tentunya selain digunakan untuk berbagai upacara dan tradisi adat, dimanfaatkan juga untuk pernikahan. Di zaman modern seperti sekarang, rumah-rumah adat dimanfaatkan sebagai atraksi wisata, tempat menyambut para tamu agung, museum, bahkan sampai dengan menyimpan berbagai warisan leluhur.

Baca juga: Surga Wisata Tersembunyi di NTT

Nusa Tenggara Timur memang tawarkan tradisi dan budaya yang terbilang eksotik. Karena itulah, sayang sekali jika tidak dikunjungi. Setidaknya seumur hidup sekali ya. Yuk siapkan semuanya dengan matang sebelum berangkat, termasuk juga dengan akomodasinya. Pilih OTA terpercaya dan berpengalaman seperti Traveloka.

Dengan memesan akomodasi di OTA yang terpercaya, akan membuat liburanmu jadi tidak terlupakan. Terutama di wilayah-wilayah yang masih jarang dijamah para wisatawan. Kamu akan dapatkan pengalaman baru yang membuat jiwa petualangan semakin menggelora. Segera pesan akomodasinya di Traveloka yuk.