Tradisi Sekaten: Harmoni Antara Religi dan Budaya Jawa

Mas Bellboy
14 Jul 2024 - 5 min read

Indonesia adalah negara yang kaya akan keragaman budaya. Salah satu bentuk kekayaan budaya tersebut adalah upacara atau tradisi Sekaten yang dikenal sebagai warisan budaya religius di Indonesia, khususnya di Yogyakarta.

Tradisi sekaten dilaksanakan di yogyakarta

Source: Shutterstock

Upacara Sekaten biasanya diadakan oleh masyarakat Yogyakarta. Bagi kalian yang sering berkunjung ke Yogyakarta, perayaan Sekaten adalah salah satu acara yang tidak boleh dilewatkan jika kebetulan bertepatan dengan kunjungan kalian.

Mengikuti upacara Sekaten akan memberikan pengalaman yang unik. Selain menghargai budaya yang telah ada, kalian juga dapat berpartisipasi dalam melestarikan upacara Sekaten yang telah diwariskan oleh nenek moyang.

Masih banyak hal menarik yang bisa dipelajari tentang Sekaten. Semua informasi terkait upacara Sekaten bisa kamu temukan di artikel Traveloka di bawah ini!

Apa Itu Tradisi Sekaten?

tradisi sekaten memperingati kelahiran Nabi Muhammad

Source: Traveloka

Upacara atau Tradisi Sekaten adalah sebuah tradisi yang diselenggarakan untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW. Upacara ini diadakan setiap tahun pada tanggal 5 hingga 11 Rabi’ul Awal atau bulan Mulud dalam kalender Jawa.

Penutupan upacara Sekaten dilakukan pada tanggal 12 Rabi’ul Awal dengan upacara Garebeg Mulud. Menurut laman resmi pemerintah provinsi Yogyakarta, upacara Sekaten adalah tradisi yang diwariskan oleh nenek moyang. Awalnya, upacara ini dilakukan oleh para raja Hindu dengan mengadakan selamatan atau sesaji untuk arwah leluhur.

Seiring dengan berjalannya waktu, upacara Sekaten beradaptasi dan menjadi sarana penyebaran agama Islam melalui kesenian gamelan. Pada masa itu, gamelan menjadi media efektif untuk menyebarluaskan Islam karena masyarakat sangat menyukai kesenian Jawa.

Dengan demikian, peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang awalnya menggunakan rebana, kini menggunakan gamelan. Upacara Sekaten adalah contoh akulturasi antara agama dan budaya.

Asal-Usul Tradisi Sekaten

Upacara Sekaten adalah warisan tradisional yang telah diteruskan dari generasi ke generasi yang merupakan bentuk perayaan keagamaan yang ditujukan untuk menghormati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Asal usul nama "Sekaten" memiliki beberapa interpretasi. Pertama, dari kata "Sekati" yang merujuk pada gamelan pusaka kraton yang digunakan dalam upacara peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.

Ada juga pendapat yang mengatakan bahwa "Sekaten" berasal dari gabungan kata "suka" dan "ati" menunjukkan kebahagiaan hati atau "sesek" dan "ati" yang berarti penuh kegembiraan. Sebagian lagi menyatakan bahwa "Sekaten" berasal dari "Syahadatain" yang berarti kalimat syahadat.

Tujuan Adanya Tradisi Sekaten

Tradisi sekaten menggunakan alat musik gamelan

Source: Pemerintah Kota Surakarta

Tujuan utama upacara Sekaten adalah untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW dan sebagai sarana penyebaran agama Islam. Penyebaran Islam di Jawa dilakukan oleh para wali yang terkenal dengan nama "Wali Songo" termasuk Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Giri, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Gunung Jati, Sunan Muria, Syekh Maulana Maghribi, dan Syekh Siti Jenar.

Salah satu metode yang digunakan untuk penyebaran Islam adalah melalui gamelan karena masyarakat pada masa itu sangat menyukai kesenian Jawa dan gamelan. Sunan Kalijaga membuat gamelan bernama Kyai Sekati untuk menyemarakkan perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW di Masjid Demak.

Prosesi Tradisi Sekaten

Tradisi Sekaten melibatkan serangkaian prosesi yang panjang, mulai dari persiapan hingga hari perayaan. Berikut adalah beberapa tahapan dalam tradisi penyambutan Hari Kelahiran Nabi Muhammad SAW:

1. Persiapan Peralatan Budaya

Persiapan fisik yang rumit melibatkan berbagai peralatan kebudayaan. Gamelan, terutama milik Kanjeng Kyai Sekati, menjadi alat musik utama yang dipersiapkan. Lagu-lagu untuk mengiringi pementasan gamelan juga dikumpulkan, konon merupakan karya dari Wali Songo pada zaman Kerajaan Demak.

Selain itu, peralatan lain seperti uang logam untuk upacara udhik-udhik, naskah riwayat Mulud Nabi Muhammad SAW, bunga kanthil, dan busana seragam para pementas musik juga disiapkan.

2. Persiapan Mental

Para abdi dalem (pelaksana Keraton) juga melakukan persiapan mental yang penting. Mereka perlu mempersiapkan diri secara mental karena upacara ini dianggap sakral dan harus dilakukan dengan hikmat. Persiapan non-fisik ini termasuk berpuasa dan mandi keramas untuk menyucikan diri. Gamelan pusaka, benda pusaka Keraton, juga disiapkan untuk dimainkan selama pementasan.

3. Pementasan Gamelan Pusaka

Gamelan Sekaten dibunyikan di dalam Keraton, terutama di Bangsal Ponconiti di halaman Kemandhungan atau Keben. Gamelan milik Kanjeng Kyai Guntur Madu dan Kanjeng Kyai Nagawilaga dibawa keluar dari tempat persemayamannya untuk pementasan. Pementasan gamelan ini dilakukan dengan sakral sesuai dengan tradisi budaya.

4. Pembacaan Naskah Suc

Puncak acara adalah malam ketujuh, tanggal 11 Rabiulawal. Di Masjid Besar Yogyakarta, dilakukan pembacaan riwayat Nabi Muhammad SAW. Selama pembacaan, Sultan juga menyebar udhik-udhik, tradisi menebarkan atau melemparkan uang logam kepada tamu yang hadir. Pembacaan riwayat Nabi Muhammad SAW juga diikuti dengan persembahan bunga kanthil dari Kyai Pengulu.

5. Kondur Gongso

Penutupan acara Sekaten dikenal sebagai kondur gongso. Pada tanggal 11 Rabiul Awal pukul 24.00 WIB, setelah Sultan meninggalkan Masjid Besar, gamelan pusaka dikembalikan ke Keraton dalam prosesi kondur gongso. Gamelan disemayamkan kembali di tempatnya semula, menandakan berakhirnya upacara Sekaten.

Larangan Saat Melaksanakan Tradisi Sekaten

Tradisi Sekaten mengajak orang saling berbagi

Source: Pemerintah Kota Surakarta

Dalam upacara tradisional Sekaten, terdapat beberapa pantangan yang harus diindahkan. Para abdi dalem niyaga atau penabuh gamelan yang bertugas memukul gamelan pusaka Kyai Sekati dilarang melakukan berbagai perbuatan tercela, baik itu dalam perkataan maupun perbuatan.

Selain itu, mereka juga tidak diperbolehkan melangkah di atas gamelan dan harus menyucikan diri dengan berpuasa dan mandi jamas sebelum memukul gamelan.

Pantangan lainnya adalah para abdi dalem niyaga tidak boleh membunyikan gamelan pada malam Jumat serta siang hari Jumat sebelum waktu shalat dhuhur. Pantangan-pantangan ini merupakan bagian dari upacara Sekaten yang harus dihormati dan diikuti untuk menjaga kesakralan acara tersebut.

Upacara Grebeg Maulud di dalam Tradisi Sekaten

Dalam upacara tradisional Sekaten, terdapat serangkaian acara yang penting, salah satunya adalah upacara Garebeg Mulud. Garebeg Mulud adalah salah satu garebeg yang diadakan pada bulan Mulud untuk memperingati hari lahirnya Nabi Muhammad SAW. Acara Garebeg Mulud melibatkan beberapa tahapan sebagai berikut:

1. Upacara Gladhi Resik

Dilaksanakan dari tanggal 1 hingga 8 bulan Mulud, kemudian istirahat pada tanggal 9 bulan Mulud, dan dilanjutkan dengan upacara Gladhi Resik kembali pada tanggal 10 bulan Mulud.

Upacara ini dipersiapkan oleh kesatuan prajurit kraton, termasuk prajurit wiraba, prajurit daeng, prajurit patangpuluh, prajurit prawiratama, prajurit jagakraya, prajurit nyutram, prajurit ketanggung, prajurit mantrijero, prajurit surakarsa, dan prajurit bugis.

2. Upacara Numpak Wajik

Dilakukan sebagai langkah awal dalam pembuatan gunungan secara resmi. Acara ini diselenggarakan selama empat hari menjelang penyelenggaraan upacara Garebeg Mulud, tepatnya pada tanggal 8 bulan Mulud.

3. Pelaksanaan Upacara Garebeg Mulud

Puncak acara, di mana gunungan menjadi perlengkapan utama. Inti dari upacara Garebeg Mulud adalah menghantarkan gunungan dengan cara beramai-ramai dari komplek kraton menuju Masjid Besar. Terdapat enam macam gunungan yang dibawa, antara lain gunungan kakung, gunungan putri, gunungan dharat, gunungan gepak, gunungan pawuhan, dan gunungan picisan.

Upacara Garebeg Mulud adalah momen penting dalam tradisi Sekaten yang diwarnai dengan kesakralan dan keceriaan, serta menjadi salah satu wujud penghormatan terhadap Nabi Muhammad SAW.

Menarik, kan, ulasan tentang Tradisi Sekaten di atas? Kamu bisa mengunjungi Yogyakarta untuk melihat secara langsung tradisi yang sudah ada sejak zaman dahulu ini.

Kamu bisa menggunakan diskon dan promo tiket pesawat untuk pergi ke Kota Gudeg ini. Selain itu, kamu juga bisa menyewa mobil rental untuk transportasi selama di kota liburanmu. Tak perlu takut kehabisan kamar hotel, karena kamu bisa booking hotel di dekat kota atau tempat tujuanmu. Gunakan Traveloka dan rasakan kemudahannya!

Penginapan dan Hotel di Yogyakarta

Cari Hotel dengan prom...

Lihat Harga

Dalam Artikel Ini

• Apa Itu Tradisi Sekaten?
• Asal-Usul Tradisi Sekaten
• Tujuan Adanya Tradisi Sekaten
• Prosesi Tradisi Sekaten
• 1. Persiapan Peralatan Budaya
• 2. Persiapan Mental
• 3. Pementasan Gamelan Pusaka
• 4. Pembacaan Naskah Suc
• 5. Kondur Gongso
• Larangan Saat Melaksanakan Tradisi Sekaten
• Upacara Grebeg Maulud di dalam Tradisi Sekaten
• 1. Upacara Gladhi Resik
• 2. Upacara Numpak Wajik
• 3. Pelaksanaan Upacara Garebeg Mulud
Hotel
Tiket Pesawat
Things to Do
Selalu Tahu Kabar Terbaru
Dapatkan berbagai rekomendasi travel & gaya hidup serta info promo terkini dengan berlangganan newsletter kami.
Langganan