Berbicara tentang Indonesia maka berbicara tentang banyaknya ragam suku dan budaya termasuk Dayak. Suku Dayak sendiri punya ciri khas yang begitu melekat pada kehidupan mereka salah satunya yang paling populer adalah ukiran Dayak.

Dan seperti jenis ukiran di beberapa daerah lainnya, ukiran Dayak ini syarat akan makna-makna filosofis bagi para penggunanya. Untuk lebih detailnya, mari kita simak lebih lanjut mengenai ukiran Dayak di artikel di bawah ini ya.

Sebelum jauh menelusuri terkait ukiran Dayak, ada baiknya kita ketahui lebih dekat dulu tentang Suku Dayak itu sendiri. Penting untuk kita ketahui nih, jadi, Suku Dayak adalah kelompok penduduk asli di pulau Kalimantan, Indonesia. Mereka tersebar di lima provinsi Kalimantan, yaitu Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Utara.

Dahulu, budaya masyarakat Dayak adalah budaya maritim atau bahari. Hampir semua nama sebutan orang Dayak mempunyai arti sebagai sesuatu yang berhubungan dengan “perhuluan” atau sungai, terutama pada nama-nama rumpun dan nama kekeluargaannya.

Berdasarkan rumpun yang ada, Suku Dayak bisa dibilang terbagi dalam enam rumpun, antara lain: rumpun Kalimantan, rumpun Iban, rumpun Apokayan (Dayak Kayan, Kenyah, dan Bahau), rumpun Murut, rumpun Ot Danum-Ngaju, dan rumpun Punan.

Suku Dayak memiliki keberagaman bahasa, adat istiadat, ritual keagamaan, seni dan budaya, serta kehidupan sosial yang sangat unik. Mereka dikenal sebagai masyarakat yang sangat menjaga kelestarian alam dan tradisi-tradisi nenek moyang termasuk kesenian ukiran Dayak.

Ukiran Dayak adalah salah satu seni tradisional yang berasal dari suku Dayak di Kalimantan, Indonesia. Ukiran ini memiliki makna dan simbolis yang dalam dalam budaya Dayak.

Seni Ukir Tradisional Suku Dayak merupakan bagian tak terpisahkan dari sejarah dan budaya Indonesia. Suku Dayak, yang mendiami hutan-hutan Kalimantan, memiliki seni ukir dan seni pahat yang kaya akan makna dan simbolisme.

Jika berbicara tentang seni ukir tradisional Suku Dayak maka ada satu yang nggak bisa dilewatkan yaitu Sapundu. Sapundu adalah seni ukir tradisional masyarakat Dayak Ngaju di Kalimantan Tengah, berupa patung-patung dengan motif dan fungsi khas.

Pada umumnya media ukirnya menggunakan kayu ulin, atau dalam bahasa Dayak kayu disebut juga kayu tabalian. Masyarakat Dayak memiliki kepercayaan bahwa kayu ulin memiliki kekuatan yang luar biasa.

Menurut kepercayaan masyarakat Dayak Ngaju, patung Sapundu sendiri merupakan perwujudan atau personifikasi dari arwah para leluhur mereka. Pembuatan patung Sapundu ini umumnya dimaknai sebagai bentuk penghormatan dan bukti kasih orang-orang yang masih hidup di alam dunia kepada para leluhur yang telah wafat

Fungsi Patung Sapundu sebagai suatu karya seni tradisional masyarakat Dayak Ngaju memiliki beberapa fungsi yang penting yang di antaranya adalah

Tiang Penambat Hewan Kurban: Patung Sapundu digunakan sebagai tiang penambat hewan-hewan kurban seperti kerbau, lembu, atau sapi yang akan dikorbankan dalam upacara Tiwah.

Perwakilan Sosok Figur: Patung ini juga berfungsi sebagai bentuk perwakilan sosok figur yang akan menemani arwah menuju Lewu Tatau (alam surgawi).

Simbol Penjaga Arwah: Sapundu berfungsi sebagai simbol penjaga arwah-arwah di alam Lewu Liau (alam roh) dan penjaga arwah dari tulang-belulang yang disimpan dalam sebuah Sandung apabila Sapundu ditempatkan di dekatnya.

Ukiran Dayak lainnya yang cukup populer selain Sapundu adalah seni ukir Dayak Kenyah dari Kalimantan Timur. Seni ukir ini telah menjadi bagian penting dalam memperkaya budaya lokal dan mempertahankan identitas etnis Dayak Kenyah.

Melalui seni ukir, mereka mengungkapkan cerita, kepercayaan, dan nilai-nilai yang diwariskan dari generasi ke generasi. Setiap ukiran memiliki cerita dan filosofi yang terkait dengan kehidupan sehari-hari masyarakat Dayak Kenyah.

Salah satu ciri khas dari seni ukir Dayak Kenyah adalah penggunaan motif-motif alam, seperti daun, bunga, burung, dan binatang lainnya. Motif-motif ini menggambarkan hubungan harmonis antara manusia dan alam.

Selain itu, seni ukir Dayak Kenyah juga menggunakan bentuk-bentuk geometris yang rumit dan simetris, yang menunjukkan keahlian dan ketelitian para pengrajin.

Proses pembuatan seni ukir satu ini dimulai dengan memilih kayu yang tepat. Biasanya, kayu yang digunakan berasal dari pohon-pohon tua dengan tekstur indah.

Setelah pemilihan kayu, pengrajin menggunakan alat tradisional seperti pahat dan pisau untuk mengukir kayu. Keahlian dan ketelitian tinggi diperlukan agar setiap ukiran memiliki detail yang sempurna.

Setelah proses pengukiran selesai, ukiran akan diwarnai menggunakan pewarna alami yang berasal dari tumbuhan atau tanah. Pewarna alami ini memberikan kesan alami dan mempertahankan keaslian seni ukir Dayak Kenyah. Selanjutnya, ukiran akan dihaluskan dan dipoles untuk menghasilkan permukaan yang halus dan mengkilap.

Seni ukir Dayak Kenyah bukan hanya sebagai hiasan rumah atau benda seni, tetapi juga memiliki nilai spiritual dan religius. Banyak ukiran Dayak Kenyah digunakan dalam upacara adat atau ritual keagamaan. Ukiran-ukiran ini diyakini memiliki kekuatan magis dan dapat melindungi masyarakat Dayak Kenyah dari roh jahat atau bencana alam.

Lanjut ya, motif seni ukir Dayak juga bisa dilihat pada hasil kesenian Kriya dan juga beberapa patung yang mereka miliki. Beberapa di antaranya adalah:

Sebenarnya, masih banyak sekali ukiran Dayak yang bisa kita pelajari dan nikmati. Untuk mendapatkan pengalaman tersebut secara langsung, kamu bisa langsung berkunjung ke beberapa pusat daerah kesenian di Kalimantan.

Tenang saja, dengan berbagai layanan liburan di Traveloka kamu bisa menikmati pengalaman liburan yang aman dan nyaman. Buruan buka Traveloka dan rencanakan liburan terbaikmu!