Seni ukiran Jepara adalah salah satu oleh-oleh khas yang populer dari wilayah Jawa Tengah. Banyak orang yang rela bepergian ke Jepara hanya untuk mendapatkan kerajinan ukir kayu karena keunikan dan keindahannya. Menurut Prastiyan dalam buku "Dinamika Industri Kerajinan Seni Ukir Jepara 1989-2008" seni ukir kayu di Jepara sudah ada sejak zaman dahulu dan telah diwariskan dari generasi ke generasi. Ukiran khas Jepara dikenal karena keindahan dan kehalusannya.
Photo : istockphoto
Saat mengunjungi Jepara, pengunjung akan menemukan berbagai kerajinan ukir kayu yang mencerminkan keahlian masyarakat setempat. Banyak penduduk Jepara bekerja sebagai pengukir, menjadikan seni ukir sebagai bagian penting dari identitas kota. Tidak heran jika produk ukiran Jepara telah dipasarkan ke luar negeri, menunjukkan betapa terkenal dan diminatinya kerajinan ini di seluruh dunia.
Ingin tau lebih lanjut soal seni ukiran Jepara? Traveloka merangkumnya untuk Anda!
Jepara, sebuah kota di Jawa Tengah, dikenal sebagai pusat produksi mebel dan ukiran yang terkenal sejak abad ke-19. Penghargaan dan pengakuan telah diterima dari berbagai kalangan, baik di tingkat nasional maupun internasional, menjadikan Jepara sebagai kawasan terpadu penghasil mebel dan ukiran.
Mengukir dan memahat telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya, seni, ekonomi, sosial, dan politik di Jepara dengan kemampuan ini diwariskan dari generasi ke generasi. Selain itu, sejumlah lembaga pendidikan telah didirikan untuk mengajarkan teknik mebel, ukir, dan desain guna mendukung perkembangan lebih lanjut.
Photo : istockphoto
Ukiran Jepara memiliki beberapa ciri khas yang menonjol. Pertama, ukiran ini memiliki motif dan corak yang unik. Salah satu ciri yang terkenal adalah motif daun trubusan serta motif buah dengan jumlah tiga atau empat di pangkal daun. Selain itu, ukiran Jepara memiliki tangkai relung yang memutar memanjang dengan cabang-cabang kecil yang menjalar untuk menambahkan keindahan.
Ciri khas lainnya adalah motif buah susun yang umumnya bulat dengan bagian luar tertutup oleh bunga kuncup, serta motif daun jumbai yang mengikuti pola tangkai panjang.
Detail ukiran Jepara terkenal sangat presisi dan terkadang tampak seperti hidup, berkat keterampilan para pengrajin yang sangat terlatih. Ukiran ini banyak ditemukan pada produk mebel, terutama yang menggunakan kayu jati, karena mudah diukir dan tahan lama.
Pewarnaan yang digunakan dalam ukiran Jepara juga dikerjakan dengan baik, menggunakan teknik yang memastikan warna tetap cerah dan tidak mudah luntur.
Para pengrajin Jepara terus berinovasi menciptakan motif dan corak yang tidak monoton. Kreativitas ini memungkinkan mereka untuk menghasilkan ukiran dengan detail yang rapi dan tampak hidup. Meski ada patokan tertentu dalam pembuatan ukiran Jepara, para pengrajin masih bisa berkreasi dan menambahkan sentuhan mereka sendiri.
Ciri-ciri lain yang menandakan bahwa ukiran tersebut berasal dari Jepara dapat dilihat dari corak dan motifnya yang khas. Salah satu motif yang paling terkenal dalam ukiran Jepara adalah motif daun Trubusan yang terdiri dari dua jenis. Pertama, daun yang keluar dari tangkai relung. Kedua, daun yang tumbuh dari cabang atau ruasnya.
Salah satu keunggulan ukiran Jepara adalah penggunaan material berkualitas tinggi, seperti kayu jati dan jenis kayu lainnya yang terkenal tahan lama dan tahan rayap.
Ukiran Jepara menggabungkan elemen tradisional dengan desain modern, menciptakan karya seni yang unik dan menarik. Dengan banyaknya pohon di Pulau Jawa sebagai sumber inspirasi, pengrajin Jepara menciptakan corak yang tidak terlihat kaku, menggunakan garis-garis bersih dan simpel yang memadukan elemen tradisional dan kontemporer.
Harga mebel dan produk ukiran Jepara memang cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan produk sejenis dari daerah lain, tetapi ini sebanding dengan kualitas dan nilai estetika yang diberikan. Ukiran Jepara memiliki kandungan minyak alami yang membuatnya tahan air dan serangan hama sehingga menawarkan produk yang tidak hanya indah secara visual, tetapi juga awet dalam penggunaan. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika ukiran Jepara diakui sebagai produk kelas dunia yang bernilai tinggi.
Alkisah, ada seorang seniman bernama Prabangkara yang memiliki keterampilan dalam melukis dan mengukir. Suatu hari, Raja Brawijaya memintanya untuk melukis potret istrinya tanpa busana sebagai tanda cinta sang raja. Namun, Prabangkara harus melukis hanya berdasarkan imajinasi tanpa melihat langsung permaisuri tanpa busana. Meskipun tantangan ini sulit, Prabangkara berhasil menyelesaikan lukisannya dengan sempurna.
Namun, insiden tak terduga terjadi saat seekor cicak membuang kotoran di atas lukisan, meninggalkan noda yang terlihat seperti tahi lalat pada tubuh permaisuri. Pada awalnya, sang Raja sangat senang dengan lukisan tersebut. Namun, setelah melihat noda yang menyerupai tahi lalat, ia menjadi marah dan menuduh Prabangkara telah melihat permaisuri tanpa busana. Raja Brawijaya menghukum Prabangkara dengan cara mengikatnya pada layang-layang besar dan menerbangkannya. Prabangkara kemudian jatuh di suatu daerah yang sekarang dikenal sebagai Mulyoharjo, Jepara.
Di tempat ini, Prabangkara mulai mengajarkan ilmu mengukir kepada masyarakat setempat yang menjadi awal berkembangnya seni ukir di Jepara dan tetap lestari hingga sekarang.
Konon, seni ukir Jepara sudah ada sejak masa Ratu Kalinyamat sekitar tahun 1549. Anak perempuannya, Retno Kencono, berperan penting dalam perkembangan seni ukir ini. Selain itu, seorang menteri bernama Sungging Badar Duwung dari Campa yang memiliki keahlian dalam seni ukir, juga berkontribusi besar dalam kemajuan seni ukir di Jepara.
Setelah masa pemerintahan Ratu Kali Nyamat, perkembangan seni ukir di Jepara sempat terhenti dan mengalami stagnasi. Namun, keberadaan Raden Ajeng Kartini menjadi titik balik bagi kebangkitan seni ukir di Jepara. Sebagai putri kelahiran Jepara, Kartini berkontribusi dalam memajukan dan mengembangkan seni ukir di wilayah ini.
Kartini, seorang tokoh pergerakan dan penggerak sosial, pernah menulis sebuah prosa berjudul "Van een Vergeten Uithoekje" atau "Pojok yang Dilupakan" yang mengisahkan tanah kelahirannya, Jepara, sebagai tempat yang kaya akan seniman ukir. Ironisnya, para seniman ini sering kali dilupakan dan tidak mendapatkan penghargaan yang semestinya.
Dengan semangat dan dedikasi, Kartini bekerja sama dengan para pengrajin Jepara untuk memproduksi berbagai produk ukiran seperti meja kecil, pigura, tempat perhiasan, dan cenderamata. Produk-produk ini kemudian dijual ke Batavia (Jakarta) dan Semarang, menghasilkan permintaan yang semakin meningkat seiring dengan dikenalnya kualitas seni ukir Jepara.
Tidak hanya berhenti di pasar lokal, Kartini juga memperkenalkan karya ukir Jepara ke luar negeri. Ia memberikan cendera mata berupa produk ukiran kepada teman-temannya di luar negeri dan gencar mempromosikan produk Jepara. Kartini bahkan mengirimkan hadiah ulang tahun kepada Sri Baginda Ratu Wilhelmina di Belanda, serta bekerja sama dengan Oost en West, asosiasi kerajinan tangan di Hindia untuk mendukung promosi seni ukir Jepara.
Usaha gigih Kartini membuahkan hasil. Permintaan terhadap produk ukiran Jepara melonjak berkali-kali lipat, dan produk tersebut dijual dengan harga yang tinggi. Keberhasilan ini tidak hanya mengangkat kerajinan ukir Jepara tetapi juga meningkatkan kesejahteraan para seniman dan pengrajin di daerah tersebut. Kartini berhasil menjadi katalisator dalam menghidupkan kembali seni ukir Jepara, yang pada akhirnya memberikan manfaat besar bagi masyarakat setempat.
Budaya tanah air kita memang sangat beragam, salah satunya ukiran Jepara yang sudah terkenal hingga mancanegara. Provinsi Jawa Tengah, khususnya kota Jepara, bisa menjadi destinasi wisata Anda dan keluarga.
Manfaatkan diskon dan promo tiket pesawat, tiket kereta, penginapan hingga tiket masuk tempat wisata dengan Traveloka. Gunakan Traveloka di genggaman Anda dan jelajahi Indonesia bersama keluarga!
Penginapan dan Hotel di Jepara
Cari Penginapan dan Ho...
Lihat Harga