Apa Itu Badai Sitokin & Bagaimana Penanganannya?

Xperience Team
07 Sep 2021 - 2 min read

Selama terinfeksi virus Corona, penderita COVID-19 harus mewaspadai terjadinya badai sitokin. Komplikasi yang kerap dialami saat terinfeksi virus Corona ini harus diwaspadai dan ditangani secara tepat. Sebab jika dibiarkan tanpa penanganan, badai sitokin bisa menyebabkan kegagalan fungsi organ hingga kematian. Apa itu badai sitokin dan bagaimana gejala serta penaganannya. Simak selengkapnya berikut ini.

Apa Itu Badai Sitokin?

Sebelum mengupas apa itu badai sitokin, sebaiknya pahami terlebih dahulu mengenai sitokin. Dilansir dari Medical News, sitokin adalah salah satu protein yang berperan dalam sistem kekebalan tubuh. Sitokin terdiri dari sitokin pro inflamasi, yakni sitokin yang berperan dalam meningkatkan peradangan serta sitokin anti inflamasi, yaitu sitokin yang berperan dalam menurunkan peradangan dan perbaikan jaringan tubuh.

Ketika kondisi normal, sitokin membantu sistem imun untuk mengkomunikasikan sinyal pada tubuh dalam melawan bakteri atau virus penyebab infeksi serta peradangan. Namun jika diproduksi secara berlebihan, sitokin dapat menyebabkan kerusakan di dalam tubuh yang kemudian disebut badai sitokin.

Pada penderita COVID-19, badai sitokin kerap menyerang jaringan paru-paru dan pembuluh darah. Dalam kondisi tersebut, alveoli atau kantung udara kecil di paru-paru akan dipenuhi oleh cairan sehingga tidak memungkinkan terjadinya pertukaran oksigen yang menyebabkan sesak napas.

Perlu diketahui, badai sitokin terjadi saat tubuh melepaskan terlalu banyak sitokin ke dalam darah dalam jangka waktu yang sangat cepat. Sehingga membuat sel imun menyerang jaringan dan sel tubuh yang sehat dan menyebabkan peradangan. Untuk mengetahui seseorang mengalami badai sitokin atau tidak, diperlukan pemeriksaan darah lengkap, D-dimer, penanda infeksi seperti CRP, ferritin, LDH, dan evaluasi foto rongten dada.

Badai sitokin sangat membahayakan jiwa penderita COVID-19 karena pada sebagian kasus peradangan membuat organ-organ di dalam tubuh menjadi rusak atau gagal berfungsi hingga menyebabkan kematian.

Gejala Badai Sitokin

Sering kali penderita COVID-19 yang mengalami badai sitokin ditandai dengan demam dan sesak napas hingga membutuhkan alat batu napas atau ventilator. Kondisi ini biasanya terjadi sekitar 6–7 hari setelah gejala COVID-19 muncul. Selain demam dan sesak napas, berikut gejala badai sitokin yang bisa dirasakan:

Kelelahan
Kedinginan atau menggigil
Sakit kepala
Batuk
Napas cepat
Mual dan muntah
Nyeri otot dan persendian
Pembengkakan di tungkai
Ruam kulit
Kejang
Sulit mengendalikan gerakan
Kebingungan dan halusinasi
Tekanan darah sangat rendah
Penggumpalan darah.

Penanganan Badai Sitokin

Penderita COVID-19 yang mengalami badai sitokin wajib mendapatkan perawatan di unit perawatan intensif (ICU). Nantinya dokter akan melakukan pemantauan tanda-tanda vital, meliputi:

Pemantauan tekanan darah, denyut nadi, pernapasan, dan suhu tubuh
Pemasangan mesin ventilator jika diperlikan
Pemberian cairan adekuat dengan nutrisi yang baik melalui infus
Pemantauan kadar elektrolit
Pemberian terapi antibiotic, seperti obat anakinra atau tocilizumab (actemra) untuk menghambat aktivitas sitokin
Cuci darah (hemodialisis) jika diperlukan.

Di Indonesia, ada ragam pilihan terapi untuk mengurangi dampak badai sitokin. Seperti yang tertulis oleh perhimpunan dokter Indonesia di Pedoman Tatalaksana Covid-19, berikut beberapa terapi yang bisa dilakukan:

Anti IL-1 (Anakinra): Obat yang berfungsi sebagai antagonis IL-1 dan bermanfaat untuk mengatasi hiperinflamasi pada pasien yang mengalami ARDS akibat infeksi virus SARS-CoV-2. Anakinra juga bisa menurunkan kebutuhan ventilasi mekanis invasif serta mengurangi risiko kematian pada pasien dengan gejala berat dan kritis.
Anti IL-6 (Tocilizumab): Obat yang bisa menurunkan penanda inflamasi yaitu CRP, ferritin, dan IL-6 ini bisa diberikan secara intravena atau subkutan pada pasien COVID-19 dengan gejala berat dan kritis yang diduga mengalami hiperinflamasi. Sebagai informasi, Interleukin-6 merupakan sitokina yang disekresi dari jaringan tubuh ke dalam plasma darah, terutama pada fase infeksi akut atau kronis, dan menginduksi respon peradangan transkriptis melalui pencerap IL-6 RA, menginduksi maturasi sel B. dan pencerap gp130.
Vitamin C: Vitamin C bersifat antioksidan sehingga diyakini bisa mengurangi keparahan badai sitokin. Faktanya, terjadinya badai sitokin berkaitan erat dengan daya tahan tubuh atau sistem kekebalan tubuh dalam melawan virus yang masuk.

Layanan Tes COVID-19 di Sekitar Anda

Lihat Harga

Hingga kini masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui penanganan yang tepat terhadap penderita COVID-19 yang mengalami badai sitokin. Demi tak terpapar virus Corona, Anda diwajibkan melakukan protokol kesehatan serta mengonsumsi makanan sehat dan vitamin. Jika mengalami gejala COVID-19 sebaiknya langsung lakukan tes COVID-19 guna mendapatkan penaganan yang cepat dan tepat.

Referensi:

News Medical. 2021. What is a Cytokine Storm? https://www.news-medical.net/health/What-is-Cytokine-Storm.aspx
Web MD. 2021. Cytokine Storms May Be Fueling Some COVID Deaths. https://www.webmd.com/lung/news/20200417/cytokine-storms-may-be-fueling-some-covid-deaths
Tempo.co. Agustus 2021. Cara Meredam Badai Sitokin yang Banyak Menyerang Pasien Covid-19. https://grafis.tempo.co/read/2779/cara-meredam-badai-sitokin-yang-banyak-menyerang-pasien-covid-19
Hotel
Tiket Pesawat
Things to Do
Selalu Tahu Kabar Terbaru
Dapatkan berbagai rekomendasi travel & gaya hidup serta info promo terkini dengan berlangganan newsletter kami.
Langganan