Xperience Team
17 Nov 2021 - 3 min read
Diabetes bukan penyakit yang asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Penyakit ini bisa menyerang siapa saja, baik yang berusia muda maupun lanjut usia. Semasa pandemi COVID-19, penderita diabetes menjadi salah satu kalangan yang rentan terhadap gejala berat dari infeksi virus SARS-CoV-2.
Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, prevalensi atau jumlah penduduk yang menderita diabetes di Indonesia mencapai 8,5% dari total populasi. Angka ini mengalami kenaikan yang cukup signifikan jika dibandingkan Riskesdas tahun 2013, di mana prevalensi diabetes adalah 6,9% dari total populasi.
Secara global, Indonesia masuk ke dalam daftar 10 negara dengan jumlah penderita diabetes tertinggi di dunia. Menurut estimasi dari International Diabetes Federation, Indonesia berada di urutan ketujuh di daftar tersebut dengan penderita diabetes berusia 18 - 99 tahun sebanyak 10.2 juta di tahun 2017.
Diabetes merupakan penyakit yang mempengaruhi bagaimana tubuh mengonsumsi gula darah (glukosa). Penyakit ini muncul ketika terjadi masalah pada hormon insulin yang diproduksi oleh pankreas (organ yang terletak di belakang rongga perut). Organ ini mengeluarkan insulin yang membantu tubuh menyimpan, serta menggunakan gula dan lemak dari makanan yang dikonsumsi.
Jika pankreas hanya memproduksi insulin dengan jumlah yang sangat sedikit atau bahkan tidak sama sekali, hal ini dapat menyebabkan peningkatan kadar gula di dalam darah. Tingginya glukosa di dalam darah adalah indikator utama dari penyakit diabetes.
Diabetes dikategorikan ke dalam beberapa tipe, yaitu:
Jika kadar gula di dalam darah lebih tinggi dari normal tetapi belum cukup tinggi untuk dianggap sebagai diabetes, maka kondisi ini dikategorikan sebagai prediabetes atau gangguan toleransi glukosa.
Kondisi ini terjadi apabila sel produsen insulin di pankreas rusak karena diserang sistem kekebalan tubuh. Akibatnya, pankreas tidak memproduksi insulin dan penderita Diabetes Tipe 1 harus menyuntikkan insulin untuk mengendalikan kadar gula di dalam darah.
Pada kondisi ini, insulin masih diproduksi di dalam tubuh. Namun, jumlahnya tidak mencukupi kebutuhan tubuh atau tubuh kebal terhadap insulin. Jika hal ini terjadi, maka glukosa tidak dapat diserap oleh sel tubuh.
Ini adalah tipe diabetes yang dialami oleh ibu hamil. Tidak seperti tipe diabetes yang lain, penderita diabetes gestasional dapat sembuh dan kadar glukosa bisa kembali normal setelah melahirkan.
Sampai saat ini, penyebab munculnya penyakit diabetes belum diketahui secara pasti. Namun, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terkena penyakit ini, antara lain:
Apabila Anda memiliki anggota keluarga yang memiliki riwayat penyakit diabetes, maka Anda pun berisiko menderita penyakit ini.
Autoimun adalah kondisi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel tubuh yang sehat. Hal ini terjadi khususnya pada Diabetes Tipe 1, di mana sistem imun menyerang dan merusak sel yang memproduksi insulin.
Kegemukan adalah salah satu pemicu diabetes. Pasalnya, jaringan lemak yang berlebih dapat membuat sel tubuh kebal terhadap insulin. Faktor risiko ini umumnya terjadi pada Prediabetes, Diabetes Tipe 2, dan Diabetes Gestasional.
Kebiasaan “mager” atau malas bergerak dapat meningkatkan risiko terkena penyakit diabetes. Alasannya, bergerak akan mengubah glukosa menjadi energi dan membuat sel tubuh lebih sensitif terhadap insulin.
Seiring dengan bertambahnya usia, maka risiko terkena penyakit diabetes pun meningkat. Namun pada beberapa kasus, Diabetes Tipe 2 juga terjadi di kalangan anak-anak maupun remaja.
Sindrom ketidakseimbangan hormon yang terjadi pada wanita ini juga menjadi salah satu faktor risiko terkena diabetes.
Memiliki tekanan darah di atas 140/90 mmHg disebut dapat meningkatkan potensi terkena Diabetes Tipe 2.
Risiko terkena Diabetes Tipe 2 disebut akan meningkat apabila seseorang memiliki kadar lipoprotein densitas tinggi (HDL)--atau biasa disebut sebagai “kolesterol baik”--yang rendah dan/atau kadar trigliserida tinggi.
Meski belum diketahui penyebabnya, namun ras berkulit hitam, Hispanik, Indian (Native American), dan Asia-Amerika disebut memiliki risiko lebih tinggi untuk mengidap diabetes dibanding ras kulit putih.
Gejala yang dialami oleh penderita diabetes dapat bervariasi, tergantung pada seberapa tinggi kadar gula di dalam darah. Bahkan, penderita Prediabetes atau Diabetes Tipe 2 terkadang tidak mengalami gejala sama sekali. Sementara, gejala pada Diabetes Tipe 1 seringkali muncul secara tiba-tiba dan dengan kondisi yang berat.
Berikut ini adalah beberapa gejala yang mungkin dialami penderita diabetes:
Sebelum menentukan pengobatan yang tepat, tentunya perlu dilakukan diagnosa untuk mengetahui tipe diabetes yang diderita oleh pasien. Umumnya, pasien akan diminta untuk melakukan tes darah dan tes urin untuk mengetahui kadar gula di dalam darah.
Apabila sudah diketahui tipe dan tingkat keparahan diabetesnya, maka dokter dapat merekomendasikan berbagai perawatan yang dapat dilakukan untuk menurunkan glukosa dan mencegah terjadinya komplikasi akibat diabetes.
Pada umumnya, pasien dengan semua tipe diabetes akan diminta untuk mempraktekkan gaya hidup sehat. Yakni dengan mengonsumsi makanan dengan nutrisi seimbang, terutama buah dan sayur, serta mengurangi konsumsi makanan yang manis dan mengandung lemak jenuh atau karbohidrat olahan. Selain itu, pasien juga akan disarankan untuk berolahraga secara rutin dan meningkatkan aktivitas bergerak.
Pada beberapa kasus, pasien juga akan diminta untuk mengukur dan mencatat kadar gula darah beberapa kali dalam sehari. Dokter juga dapat meminta pasien untuk melakukan terapi insulin. Hal ini umumnya terjadi pada kasus Diabetes Tipe 1, Diabetes Tipe 2, dan Diabetes Gestasional. Obat-obatan juga akan diberikan untuk menstimulasi pankreas agar memproduksi lebih banyak insulin.
Pada kasus Diabetes Tipe 1 yang sudah parah, terdapat kemungkinan pasien akan disarankan untuk melakukan transplantasi pankreas. Namun, pilihan ini memiliki risiko yang cukup tinggi. Pasien pun harus selalu mengkonsumsi obat imunosupresan guna mencegah sistem tubuh menolak organ yang ditransplantasi. Maka dari itu, prosedur ini biasanya hanya ditawarkan kepada pasien dengan kondisi diabetes yang tidak dapat dikendalikan atau pasien yang juga memerlukan transplantasi ginjal.
Jika Anda atau kerabat mengalami kondisi yang dicurigai sebagai gejala diabetes, segera periksakan diri ke dokter agar penyakitnya dapat segera ditangani dengan baik. Anda juga dapat memesan tes diabetes lewat aplikasi Traveloka.
Referensi: