Kereta Api Turangga
Turangga merujuk pada kereta api milik PT KAI (Persero) Daerah Operasi 8 Surabaya yang menyediakan layanan kelas Eksekutif untuk lintas Kota Bandung-Surabaya. Kereta api ekspres ini beroperasi setiap hari sebanyak satu kali, pergi pulang. Dalam satu hari, Kereta Api Turangga tercatat membawa penumpang rata-rata 700-900 orang.
Perjalanan KA Turangga dari Bandung ke Surabaya (atau sebaliknya) memiliki jarak tempuh sejauh 699 km. Kereta ini akan menggunakan lokomotif penarik model CC206 berkecepatan 50-100 km per jam. Dengan daya tersebut, kereta dapat menempuh perjalanan dalam waktu 12,5 sampai 13 jam. Sepanjang perjalanan, kereta ini akan berhenti pada beberapa stasiun. Utamanya adalah Stasiun Hall Bandung, Stasiun Cipeundeuy, Stasiun Tasikmalaya, Stasiun Banjar, Stasiun Kroya, Stasiun Kutoarjo, Stasiun Yogyakarta, Stasiun Solo Balapan, Stasiun Madiun, Stasiun Nganjuk, Stasiun Kertosono, Stasiun Jombang, Stasiun Mojokerto, dan Stasiun Surabaya Gubeng.
Kereta api ekspres ini menyediakan perjalanan kelas Eksekutif jarak jauh pada malam hari. Hal tersebut menjadikannya sering disebut dengan tambahan istilah “Ekspres Malam” pada stasiun perhentiannya. Berdasarkan Gapeka 2017, Kereta Api Turangga dari Stasiun Bandung berangkat pukul 19.30 dan tiba di Stasiun Surabaya Gubeng pada pukul 08.14 esok pagi. Perjalanan tersebut memakan waktu sekitar 12 jam 44 menit. Sebaliknya, Kereta Api Turangga dari Stasiun Surabaya Gubeng berangkat pukul 16:30 dan direncanakan tiba pukul 05.04 esok pagi. Perjalanan ini memakan waktu sedikit lebih pendek, yakni 12 jam 34 menit.
Sebagai sebuah kereta kelas Eksekutif yang menghubungkan Ibukota Provinsi Jawa Barat dengan Provinsi Jawa Timur, KA Turangga menawarkan tiket kereta api dengan tarif yang sesuai. Tarif tiket kereta ini tersedia paling murah Rp345.000 dan paling mahal Rp460.000 per penumpang. Tarif ini menyesuaikan pada subkelas kereta (posisi tempat duduk dalam kereta), waktu pemesanan tiket, dan waktu perjalanan. Khusus KA Turangga dengan jarak tempuh lebih pendek (misalnya relasi Stasiun Surabaya Gubeng-Stasiun Madiun), tiket kereta tersedia dengan harga Rp210.000-Rp280.000 per penumpang. Fasilitas yang tersedia untuk penumpang sebagaimana kereta Eksekutif pada umumnya, yaitu ada AC, TV, toilet, bagasi kabin, tempat duduk ala pesawat terbang, stop kontak, bantal, selimut, dan layanan makan berbayar.
Info Menarik tentang Kereta Api Turangga
Asal nama
Sebagai kereta api Eksekutif Satwa, KA Turangga mengambil nama yang berasal dari nama hewan. Menurut kepercayaan rakyat setempat, Turangga merupakan nama lain dari kuda tunggangan para bangsawan Jawa. Kuda ini menjadi lambang kendaraan yang kencang dan tahan berbagai situasi. Penamaan ini jelas bermaksud agar KA Turangga mampu memberikan pelayanan terbaik demi kepuasan dan kebanggaan penumpangnya.
Sejarah kereta
PT KAI (Persero) meresmikan KA Turangga pada 02 September 1995. Peluncuran perdana tersebut menghadirkan layanan kelas campuran Eksekutif dan Bisnis. Memasuki bulan Oktober 1999, PT Kereta Api Indonesia (Persero) memutuskan untuk menaikkan kelas KA Turangga ini menjadi kereta api Eksekutif Satwa, seiring dengan masuknya rangkaian baru produksi PT Inka.
Rangkaian kereta
Dalam operasionalnya, KA Turangga akan membawa 10-12 kereta. Rangkaian tersebut terdiri dari satu lokomotif penarik model CC206, enam sampai delapan kereta Eksekutif, satu kereta makan, satu gerbong pembangkit, dan satu kereta bagasi. Pada pagi hari, rangkaian kereta ini biasanya akan dipakai oleh KA Argo Parahyangan tambahan yang melayani koridor Bandung-Gambir.
Menuju Bali
Masyarakat kerap mengandalkan KA Turangga untuk perjalanan ke Pulau Bali. Biasanya, penumpang KA Turangga akan transit di ruang VIP setibanya di Stasiun Surabaya Gubeng. Penumpang kemudian akan melanjutkan perjalanan untuk mencapai Banyuwangi di sore hari, menggunakan KA Mutiara Timur. Setibanya di Banyuwangi, perjalanan akan berlanjut ke Denpasar menggunakan bus yang tersedia melalui kerja sama PT KAI (Persero) dan Damri.