Keanekaragaman flora dan fauna serta kondisi alam yang kering dan tandus menjadikan Taman Nasional Baluran mirip seperti Benua Afrika dan menjadi little Africa Indonesia. Fauna yang bermain bebas di alam membuat pengunjung merasa terhibur, ditambah taman ini memiliki fenomena alam yang indah.
Keindahan Baluran telah dikenal sejak zaman Belanda. Pada tahun 1930 Direktur Kebun Raya Bogor yang bernama KW. Dammerman menjadikan kawasan Hutan Lindung Baluran sebagai suaka margasatwa yang dikuatkan dengan ketetapan GB No. 9 Tanggal 25 September 1937 Stbl. 1937 No. 544. Setelah masa kemerdekaan, dikuatkan kembali dengan Surat Keputusan No. SK/II/1962. Status Taman Nasional Baluran ditetapkan oleh Menteri Pertanian pada hari Strategi Pelestarian Sedunia tanggal 6 Maret 1980.
Taman Nasional Baluran terletak di Kecamatan Banyuputih, Kecamatan Situbondo, Jawa Timur yang mempunyai luas 25.000 ha dengan pembagian luas zona inti seluas 12.000 ha, zona rimba dengan luas 5.537 ha yang terbagi zona perairan 1.063 ha dan zona daratan 4.574 ha dan sisanya adalah zona pemanfaatan intensif, pemanfaatan khusus dan rehabilitasi masing-masing 800 ha, 5.780 ha dan 783 ha.
Taman Nasional Baluran mempunyai iklim yang kering dengan suhu antara 27,2 hingga 30,9 derajat Celsius sehingga taman ini seperti padang tandus yang ada di Benua Afrika. Iklim yang kering membuat kawasan ini mempunyai kelembaban udara 77% dengan musim hujan pada bulan November – April dan musim kemarau di bulan April – Oktober.
Kawasan Taman Nasional Baluran mempunyai batas wilayah dengan Desa Wonorejo dan Desa Karanganyar dengan profesi utama penduduk di kedua desa adalah sebagai petani. Namun dengan iklim yang kering, desa-desa di kawasan ini tidak mampu menghasilkan hasil pertanian yang baik sehingga berdampak pada perekonomian warganya.
Taman Nasional Baluran memiliki koleksi flora sebanyak 444 jenis yang bisa digolongkan ke dalam 87 familia. Sedangkan koleksi fauna lebih beragam lagi yang bisa dikelompokkan menjadi 28 jenis ordo mamalia, aves 196 jenis, pisces dan reptilia. Dari sekian jenis fauna tersebut terdapat 47 jenis satwa langka yang dilindungi undang-undang.
Mamalia khas berukuran besar yang terdapat di Taman Nasional Baluran yaitu banteng, kerbau liar, rusa, macan tutul, kucing batu dan ajag. Untuk jenis primata terdapat kera ekor panjang dan lutung. Jenis burung yang mudah ditemui di kawasan ini adalah merak hijau, ayam hutan merah, kangkareng dan rangkong. Dan banteng dipilih menjadi maskot dari Taman Nasional ini.
Pada hari biasa kawasan suaka margasatwa ini dikunjungi lebih dari 100 orang dan jumlah ini akan meningkat lima kali lipatnya pada saat liburan sekolah. Di sini anak-anak akan banyak mendapatkan edukasi mengenai fauna dan flora sehingga dapat menunjang kegiatan belajar siswa dan keluarga. Kini banyak bertebaran hotel maupun wisma di sekitar Taman Nasional Baluran untuk menampung wisatawan yang berkunjung. Hotel yang ada di sini mempunyai tarif yang beragam mulai dari kelas melati hingga bintang lima bagi yang menginginkan kenyamanan dan keamanan.
Untuk menuju ke Taman Nasional Baluran dapat ditempuh dengan dua cara:
Jika Anda ingin menggunakan pesawat menuju Taman Nasional Baluran, maka Anda harus turun di Bandara Juanda – Surabaya yang merupakan bandara terdekat dengan kawasan suaka margasatwa. Dari Bandara Juanda, Anda dapat menggunakan Bus DAMRI menuju ke Terminal Surabaya. Dari Terminal Surabaya, melanjutkan perjalanan dengan menggunakan bus umum jurusan Surabaya – Ketapang dengan perhentian di depan pintu gerbang Taman Nasional Baluran.
Perjalanan melalui darat dapat ditempuh melalui Surabaya – Ketapang dengan bus yang akan melewati pintu gerbang Taman Nasional Baluran. Jika menggunakan kereta, turun di Stasiun Banyuwangi Baru dilanjutkan dengan menggunakan angkutan umum ke Terminal Sri Tanjung Ketapang. Di terminal ini perjalanan diteruskan dengan menggunakan bus arah ke Surabaya yang melewati Taman Nasional Baluran. Pintu gerbang Taman Nasional Baluran berdekatan dengan pemukiman penduduk sehingga tidak tampak seperti kawasan suaka margasatwa.
Setelah puas melihat tingkah laku fauna di habitat aslinya, pengunjung dapat beristirahat di Pantai Bilik dan Sejile menikmati suasana pantai yang tenang dan berpanorama indah. Kata Sejile berasal dari bahasa Madura yang berarti lidah karena pada saat air surut tampak daratan yang menyerupai lidah dengan hutan mangrove alami yang mengelilinginya.
Selain panorama pantainya, panorama bawah lautnya tidak kalah menakjubkan. Terdapat terumbu karang yang cantik, dikelilingi ikan hias yang berwarna-warni menjadikan perpaduan yang sayang untuk dilewatkan. Untuk menuju ke pantai ini dicapai melalui jalan darat yaitu melalui pintu masuk SPTN W II Karangtekok. Selain Pantai Bilik dan Sejile, terdapat Pantai Bama yang bisa Anda kunjungi dengan panorama yang tidak kalah indahnya. Di Pantai Bama, anda dapat melakukan penyelaman karena panorama bawah lautnya indah dan alami seperti di Pantai Bilik dan Sejile.
Bekol – Semiang merupakan tempat pengamatan satwa,di dalamnya terdapat menara pandang. Sebagian menyebut Bekol ini sebagai padang savana. Di tempat ini Anda dapat mengamati beberapa satwa seperti ayam hutan, kijang, rusa, merak dan beberapa jenis burung. Savana ini memberi panorama seolah-olah Anda berada di Benua Afrika yang tandus dan kering. Lokasi ini sangat indah menjadi objek foto yang menarik. Di tempat ini disediakan juga wisma untuk tamu, sehingga Anda bias menginap.
Bagi yang menyukai olahraga ekstrim dapat mencoba Curah Tangis yang merupakan tempat panjat tebing yang memiliki ketinggian 10 hingga 30 meter dengan kemiringan hingga 85%. Adrenalin Anda akan terpacu ketika berusaha mengalahkan tebing yang curam ini dan mencapai puncaknya.
Selain pemandangan alam yang alami dan berbagai satwa yang mendiami area suaka alam, Taman Nasional Baluran juga mempunyai sebuah situs budaya di Batangan. Situs ini merupakan peninggalan sejarah berupa Gua Jepang. Selain itu terdapat juga makam dari putra Maulana Malik Ibrahim salah seorang dari Sunan Walisongo. Untuk Anda yang ingin menikmati sensasi menginap di alam terbuka, tersedia tenda perkemahan yang bisa disewa. Jika Anda mengunjungi Taman Nasional Baluran pada bulan Oktober atau November, Anda dapat melihat atraksi tarian burung Merak.
Di dalam kawasan juga terdapat sebuah candi peninggalan Hindu yang bernama Candi Bang yang unik karena berada di antara padang yang gersang. Tidak banyak catatan mengenai candi ini namun candi ini menjadi bukti penyebaran agama Hindu di kawasan Taman Nasional Baluran.
Di sepanjang pantai timur dan utara kawasan ini banyak ditumbuhi mangrove, seperti di Bilik, Kelor, Lambuyan dan Tanjung Sedano. Rawa asin muncul akibat dari hutan mangrove yang gundul terdapat di Bilik bagian barat, Pandean bagian utara dan Mesigit.
Untuk Anda yang ingin menaklukkan Curah Tangis, pastikan Anda sudah berpengalaman dan kondisi tubuh Anda siap untuk olahraga yang menantang ini. Jangan lupa membawa perlengkapan yang sesuai dengan jenis olahraga ini.
Total Akomodasi | 23 Properties |
Objek Wisata Populer | Taman Nasional Baluran, Pantai Bama |