Berkunjung ke Yogyakarta tidak lengkap rasanya jika tidak menyambangi Kotagede. Kotagede menjadi saksi sejarah perkembangan Kota Yogyakarta yang kita kenal sekarang. Sehingga nama Kotagede tidak dapat dipisahkan dari wisata Yogyakarta.
Kotagede merupakan ibu kota Kerajaan Mataram pada zaman dahulu. Puing-puing reruntuhannya yang masih terjaga hingga sekarang menjadi daya tarik wisata sejarah bagi para wisatawan. Sejarah Kotagede dimulai dengan pemerintahan Sultan Hadiwijaya di Kerajaan Pajang yang menghibahkan sebuah hutan yang diberi nama Hutan Mentaok kepada Ki Ageng Pemanahan yang telah membantu sultan mengatasi pemberontakan.
Hutan Mentaok merupakan sebuah wilayah yang termasuk ke dalam Kerajaan Mataram Hindu. Oleh Ki Ageng Pemanahan, Hutan Mentaok diubah menjadi sebuah wilayah yang layak untuk dihuni. Beliau beserta para pengikutnya membentuk sebuah kerajaan. Setelah wafat, Ki Ageng Pemanahan digantikan oleh putranya yaitu Panembahan Senopati, beliau melanjutkan dan memberikan kejayaan dengan mengubah Hutan Mentaok menjadi sebuah Kotagede (kota yang besar) dengan membangun benteng dalam dan luar untuk melindungi keraton. Puing-puing benteng ini masih dapat kita saksikan hingga saat ini.
Pasar Kotagede merupakan peninggalan lain yang sudah ada sejak zaman dahulu. Penempatan pasar, masjid dan alun-alun merupakan sebuah arsitektur ideal yang sudah diterapkan di masa Kerajaan Mataram Islam. Pasar Kotagede atau oleh masyarakat setempat diberi nama pasar legi telah ada sejak zaman Panembahan Senopati dengan arsitektur pasar yang tidak banyak mengalami perubahan.
Selain itu, Kotagede terkenal sebagai kota dengan kerajinan peraknya. Satu kampung menjadi pengrajin perak dengan berbagai teknik dan model. Dengan berkembangnya pariwisata di Kotagede, kerajinan perak yang menjadi ciri khas kota ini pun mengalami perkembangan. Semula kerajinan perak hanya dikerjakan oleh rakyat biasa, saat ini telah menjadi sumber pencaharian dan menyerap banyak tenaga kerja. Karena banyaknya wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Kotagede, model dan bentuk perak yang dihasilkan pun mengalami keragaman disesuaikan minat dan asal wisatawan tersebut. Hal ini untuk mendorong industri kerajinan perak Kotagede lebih berkembang yang mendapat dukungan penuh dari pemerintah daerah.
Dengan menyandang nama sebagai kota budaya, Kotagede mempunyai 170 bangunan kuno yang dibangun di tahun 1700 hingga 1900 yang masih dilestarikan dan dijaga keberadaannya. Walaupun demikian, hotel-hotel dan wisma banyak dibangun di Kotagede untuk memenuhi kebutuhan penginapan bagi para wisatawan. Hotel-hotel dan wisma ini menggunakan ciri khas Jawa sehingga memberi kesan tersendiri bagi wisatawan yang menginap.
Ada dua cara untuk menuju ke sana:
(harga dapat berubah sewaktu-waktu)
Untuk perjalanan via darat dapat ditempuh dengan menggunakan dua jenis metode transportasi:
Untuk menggunakan kereta api dari Jakarta, Anda harus ke Stasiun Gambir atau Jatinegera. Tersedia beberapa jenis kereta api tujuan Jakarta – Yogyakarta yaitu kereta eksekutif, bisnis dan ekonomi. Jika Anda ingin menggunakan kereta api ekonomi, Anda harus memesannya jauh-jauh hari karena kereta tujuan Yogyakarta sangat diminati sehingga kereta api jenis ekonomi sering tidak tersedia. Anda harus turun di Stasiun Tugu Yogyakarta dan perjalanan dilanjutkan dengan menggunakan Bus TransJogja tujuan Kotagede dan turun di Halte HS Silver atau Shelter Tegalgendu. Untuk masuk ke dalam kawasan Kotagede, anda dapat berjalan kaki dari halte/shelter ini atau menggunakan becak karena jarak yang tidak terlalu jauh. Becak masih dipelihara di Kota Jogja dan sekitarnya untuk mengurangi penggunaan kendaraan bermotor dan melestarikan kendaraan ini sebagai kendaraan khas Kota Jogja.
Jika Anda menggunakan bus angkutan umum dari Jakarta, maka Anda dapat menggunakan bus dari Terminal Rawamangun dan Pulogadung. Tersedia beberapa jenis bus tujuan Yogyakarta mulai dari kelas eksekutif hingga kelas bisnis. Dari Terminal Yogyakarta lanjutkan perjalanan dengan menggunakan Bus Transjogja tujuan Kotagede dan turun di Halte HS Silver atau Shelter Tegalgendu.
Kotagede kaya akan pesona wisata. Sebagai saksi sejarah, peninggalannya masih dapat kita lihat dan nikmati hingga saaat ini. Berikut ini beberapa hal yang bisa dilakukan di Kotagede:
Kota tua di Kotagede memberikan nuansa klasik seolah membawa kita ke masa ratusan tahun silam.Masjid Agung Mataram di Kotagede merupakan masjid tertua di Yogyakarta.Masjid ini dibangun pada tahun 1640 pada masa Sultan Agung dan dilanjutkan oleh Raja Kasunan Surakarta, Paku Buwono X. Karena mesjid ini dibangun di masa Hindu – Budha, maka arsitektur masjid pun dipengaruhi unsur Hindu – Budha. Keunikan lain yang terdapat di masjid ini adalah:
Masjid ini berlokasi di Jalan Watu Gilang, Kotagede, Yogyakarta dan berdekatan dengan pasar Kotagede di mana wisatawan bisa menyaksikan keriuhan pasar tradisional yang ada sejak zaman Panembahan Senopati dan bagi masyarakat sekitar lebih dikenal dengan nama pasar Legi.
Raja Mataram dimakamkan di Kotagede. Sebagai penguasa Kotagede, sejarah membuktikan bahwa pemerintahan Raja Mataram merupakan pemerintahan modern yang memperhatikan aspek keseimbangan dalam penataan Kotagede. Tata kota kerajaan Jawa ini tertulis di kitab Negarakertagama yang mengabadikan sejarah Kerajaan Majapahit. Di kompleks makam yang terletak 100 meter arah selatan pasar Kotagede ini merupakan makam dari Sultan Hadiwijaya, Ki Ageng Pemanahan dan Panembahan Senopati yang merupakan tokoh pendiri Kerajaan Mataram. Makam ini dijaga oleh seorang abdi dalem yang menggunakan busana tradisional Jawa dan menjaga makam ini selama 24 jam penuh.
Sendang Saliran adalah sebuah mata air yang dibangun pada masa Panembahan Senopati. Sendang Saliran ini terbagi dua yaitu mata air untuk pengunjung laki-laki dan untuk pengunjung perempuan.
Rumah Tradisional ini terletak di seberang jalan depan kompleks makam. Rumah ini adalah rumah tradisional khas Jawa yang dimasukkan sebagai objek cagar budaya oleh pemerintah setempat. Rumah-rumah ini masih terawat baik dan masih dapat difungsikan sebagai rumah tinggal. Rumah yang masuk sebagai objek cagar budaya ini tidak boleh dihancurkan dan direnovasi. Untuk menjaga dan merawat rumah budaya ini, pemerintah setempat memberi bantuan dana perawatan kepada warga pemilik rumah.
Kotagede mempunyai jenis kuliner yang sama dengan Yogyakarta. Ciri khas gudeg yang manis dan kaya akan bumbu membuat pecinta kuliner tidak akan melewatkan jenis makanan ini. Tersedia juga jenis-jenis makanan khas Kotagede lainnya yang tersebar di seluruh Kotagede baik berupa restoran yang ada di dalam hotel ataupun warung-warung makan yang dikelola oleh penduduk lokal.
Gunakan pakaian yang pantas dan nyaman ketika menuju ke Kotagede. Hal ini dilakukan sebagai bentuk penghargaan atas budaya dan adat istiadat setempat.
Jika Anda ingin mengikuti kursus membuat perak, Anda harus membuat janji dahulu agar bisa mengikuti kelas dengan jam yang diinginkan.
Total Akomodasi | 200 Properties |
Hotel Populer | Gallery Prawirotaman Hotel, Hotel O Prawirotaman Near Keraton Yogyakarta Formerly Chez Laelik Guesthouse |
Objek Wisata Populer | BRI KCP Gedong Kuning Kotagede Yogyakarta, Masjid Islamic Center UAD Yogyakarta |