Area Populer | Rantepao, Kesu |
Hotel Populer | Hotel Marante Toraja, Toraja Prince Hotel |
Objek Wisata Populer | Tana Toraja, Gua-gua Pemakaman Londa |
Hotel yang paling populer dan banyak dipesan oleh wisatawan diantaranya Hotel Marante Toraja, Toraja Prince Hotel, OYO 91073 Rantepao Lodge
Saat ini, ada sekitar 0 hotel yang dapat kamu pesan di Tana Toraja
Mendengar Tana Toraja, Anda tentu terbayang budaya lokal dan kesan mistis yang sangat kuat. Namun, dibalik itu semua kabupaten yang terletak di Provinsi Sulawesi Selatan dengan ibu kota Makele ini menyimpan pemandangan alam yang memukau dan indah, sehingga menjadi magnet tersendiri bagi wisatawan lokal maupun mancanegara.
Disamping itu, penduduk suku Toraja yang mayoritas berprofesi sebagai petani juga mampu menghasilkan komiditi-komoditi unggulan seperti cengkeh, kopi, dan vanili. Penduduk suku toraja masih sangat kuat memegang teguh keyakinan dan gaya hidup Austronesia asli yang mirip dengan suku Nias. Hal ini lah yang menjadikan Tana Toraja salah satu warisan budaya yang terdaftar resmi di UNESCO.
Tana toraja menyimpan sejarah yang melegenda. Menurut cerita dari masyarakat suku Toraja, leluhur suku Toraja berasal dari manusia yang turun dari nirwana dan turun ke bumi menggunakan tangga dari langit. Hal ini dipercayai oleh suku Toraja bahwa tangga tersebut mampu menjadi media pendekatan diri kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.
Seorang antropolog bernama Dr.C.Cyrut melakukan sebuah penilitian tentang suku Toraja, didaptkan sebuah kesimpulan bahwa masyarakat Tana Toraja merupakan hasil akulturasi penduduk asli yang bermukim di daratan yang ada di Sulawesi Selatan dengan penduduk pendatang atau imigran dari Teluk Tongkin/dataran Cina. Akulturasi ini diawali dengan perpindahan penduduk Indo-Cina dalam jumlah yang sangat banyak kemudian menempati suatu daerah bernama Enrekang, dan akhirnya mereka membangun pemukiman disana.
Nama Toraja itu sendiri diberikan oleh masyarakat suku Bugis Sidendereng dan dari Luwu, Masyarakat Sidendereng menyebutnya dengan To Riaja yang memiliki arti “Orang yang bermukim di pegunungan atau negeri atas.” Sedangkan orang Luwu menyebutnya berbeda, Mereka menyebutnya dengan sebutan To Riajang yang mempunyai arti “Orang yang mendiami atau bermukim di sebelah barat.” Selain sebutan dari suku Sidendereng dan Luwu ada sebutan lain untuk masyarakat suku toraja yakni Toraya yang mempunyai arti “Bangsawan”. Seiring berjalannya waktu ejaan Toraya itu berubah menjadi Toraja dan kata Tana itu sendiri berarti negeri dan dikenalah kini dengan sebutan Tana Toraja.
Salah satu alasan yang menjadikan Tana Toraja terdaftar di UNESCO sebagai salah satu warisan budaya dunia adalah karena kebudayaanya yang bereneka ragam dan unik. Salah satunya adalah rumah adat Tongkonan. Tongkonan itu sendiri berasal dari bahasa Toraja “tongkon” yang berarti duduk. Rumah adat tongkonan merupakan rumah adat tradisional Toraja yang terbuat dari tumpukan kayu dan diberikan ukiran berwarna merah, hitam dan kuning.
Selain itu, terdapat pula ukiran kayu. Ukiran kayu ini disebut “pa’assura” yang berarti tulisan. Ukiran kayu ini merupakan perwujudan dari budaya suku Toraja. Setiap ukiran memiliki nama khusus dan biasanya gambar yang digunakan adalah hewan dan tanaman yang melambangkan kebijaksanaan serta kepiting dan kecebong yang menggambarkan kesuburan.
Kebudayaan lain, yaitu terdapat upacara pemakaman yang merupakan upacara ritual paling penting dan memakan biaya mahal. Semakin kaya dan semakin berkuasa seseorang maka biaya upacara pemakamannya pun semakin mahal.
Bahasa Toraja adalah bahasa yang paling banyak digunakan di Tana Toraja, dengan Sa’dan Toraja sebagai dialek bahasa yang utama. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional adalah bahasa resmi dan digunakan oleh masyarakat, akan tetapi bahasa Toraja juga diajarkan di semua sekolah dasar di Tana Toraja.
Tana Toraja memiliki iklim yang sejuk sepanjang tahun. Hal ini dikarenakan wilayahnya terletak di dataran tinggi dan dikelilingi oleh hutan tropis dan hutan pinus. Temperaturnya bervariasi dari sekitar 16 derajat Celcius dimalam hari dan sekitar 28 derajat Celcius saat siang hari. Iklim yang sejuk ini membuat mayoritas hotel yang terdapat di Rantepao, Tana Toraja tidak menggunakan penyejuk udara.
Batas wilayah Tana Toraja di sebelah utara berbatasan dengan Toraja Utara dan Provinsi Sulawesi Barat. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Enrekang dan Pinrang, Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Luwu, dan Sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Barat.
Via Udara
Untuk berkunjung ke Tana Toraja dapat dijangkau dari banyak kota di Sulawesi, Namun pada umumnya para wisatawan datang dari Makassar dengan jalur udara dari Bandara Sultan Hasanudin Makassar. Selanjutnya dari Makassar memakan waktu sekitar 55 menit (dengan menggunakan pesawat 20 kursi) untuk sampai ke Rantepao atau Makale (Ibu kota Tana Toraja). Rantepao bisa menjadi alternatif untuk singgah karena terdapat banyak hotel disana.
Via Darat
Jalur darat merupakan jalur umum yang digunakan wisatawan untuk menuju Tana Toraja, sepanjang perjalanan dari Makassar menuju Tana Toraja Anda akan ditemani pemandangan yang indah. Perjalanan jalur darat dengan bus atau sewa mobil dari Makassar menuju Rantepao menghabiskan waktu 8 hingga 9 jam. Sesampainya di Rantepao Anda dapat mengistirahatkan badan dengan menginap di salah satu hotel yang tersedia di wilayah Rantepao.
Tana Toraja menawarkan objek wisata yang beragam. Objek wisata yang paling dikenal dan sering dikunjungi oleh wisatawan adalah Pallawa.
Untuk urusan cita rasa kuliner, Tana Toraja memiliki makanan khas yang mampu menggoda lidah Anda untuk mencicipinya. Deppa Tori merupakan kue khas Tana Toraja dengan rasa yang gurih dan bentuk yang unik. Selain itu, ada juga Pa’piong yang terbuat dari daging ayam, babi, ikan dan beras serta dibungkus dengan bumbu kemudian dibakar. Kuliner lainnya adalah Tollo Pammasaran serta minuman Kopi Toraja.
Tak Lengkap rasanya jika berkunjung ke Tana Toraja tidak belanja oleh-oleh khas Tana Toraja. Pasar bolu adalah tempat yang dapat Anda kunjungi untuk mendapatkan oleh-oleh khas Tana Toraja seperti pakaian, tas, dompet, dan kerajinan lainnya. Selain itu Anda juga bisa mendapatkan kopi robusta dan arabika khas Tana Toraja.
Tana Toraja merupakan daerah yang masih memegang erat adat dan gaya hidup leluhurnya, untuk itu Anda sebaiknya memperhatikan beberapa tips berwisata berikut ini:
Untuk menghormati aturan adat istiadat di masyarakat Toraja sebaiknya anda menggunakan pakaian adat Toraja ketika berkunjung.
Rumah adat Tongkonan masyarakat Toraja memiliki atap yang rendah, sebaiknya Anda berhati-hati ketika hendak memasukinya.
Pilihan waktu yang tepat untuk Anda berkunjung ke Tana Toraja kisaran bulan April dan Oktober karena pada bulan tersebut cuaca disana cukup baik.
Karena masyarakat Toraja masih memegang eret adat istiadat maka sebaiknya anda mematuhi dan memperhatikan aturan dan rambu-rambu yang berlaku disana.