Pertama, saya sangat kaget ketika saya mengetahui bahwa hotelnya bukan berupa suatu gedung, tetapi hanya satu lantai saja di lantai ke 8 atau paling atas dari gedung tersebut, sehingga kebanyakan taxi sulit cari alamatnya. Kedua, sambutan pertama dengan tidak ramahnya bertanya, kamu apa sudah pesan kamar? Setelah saya tunjukan voucher, malah tanya, apa ini? Jadi, seperti tidak kenal dengan agen online. Ketiga, setelah tanya siapa saya dan tujuan, baru sedikit tersenyum karena tahu saya dari universitas dan akan conference. Keempat, sepertinya kamarnya tidak sesuai pesanan (yang kami pesan kamar yang paling murah), tetapi saya dikasih kamar yang masih baru. Jadi pesanan situs tidak diakomodir atau kamar yang saya pesan sudah diisi orang lain. Kelima, sarapan pagi hanya dikasih dalam satu nampan, mau makan di kamar atau di lobi yang sempit. Keenam, waktu check-out saya lebih awal jam 10 dari seharusnya jam 12 karena mau jalan-jalan dulu, dan barang saya titipkan di hotel. Saya masih di lobi nunggu teman, eh, 15 menit setelah saya keluar. Sudah ada orang baru yang langsung masuk kamar yang kami sewa. Ketujuh, untuk kendaraan dari hotel ke bandara, mula-mulanya tarifnya US$ 25, kemudian kami tenjukkan harga yang ada di voucher US$ 15. Baru bilang, oh iya 15 dollar. Kesan kami, yang berlaku bukan hotel yang butuh konsumen, tetapi konsumen yang butuh hotel. Jadi penjual adalah raja.